Selasa, 14 Juni 2016

ARSITEKTUR SISTEM LIBRARY 2.0

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Library 2.0 saat ini sedang menjadi topik pembicaraan yang hangat di kalangan praktisi dan pemerhati perpustakaan. Akan tetapi banyak sekali kesalah pahaman dalam menangkap konsep library 2.0 ini. Menurut Xinya[1] konsep Library 2.0 merupakan pengembangan dari Library 1.0. Library 1.0 mempunyai konsep pelayanan literatur berorientasi pada sumber daya perpustakaan (library resource), sementara Library 2.0 mempunyai konsep layanan pengetahuan yang berorientasi kepada pengguna (user). Dalam pemahaman ini dapat kita simpulkan, esensi dari kerja perpustakaan tetap layanan literatur untuk pelanggan, akan tetapi fokus perhatiannya telah berpindah dari pengelolan literatur (literature management) kepada kebutuhan literatur pengguna, dan dari sumberdaya perpustakaan kepada pengguna.
Library 2.0 adalah sebuah perkembangan penting dari seluruh industri ini. Oleh karena itu supaya bisa meraih konsep ini, maka itu perlu suatu reformasi sistem pengelolaan perpustakaan, terutama kepada arsitektur sistemnya.
Arsitektur Sistem Perpustakaan 2.0, merupakan salah satu kajian yang belum banyak dikaji oleh praktisi maupun pemerhati ilmu perpustakaan. Oleh karena, alasan itulah penulis merasa tertantang untuk mengkaji hal ini secara lebih mendalam.
 Melalui makalah ini penulis berusaha untuk mengkaji perpustakaan 2.0, serta mengenai sistem arsitekturnya. Makalah ini disusun menggunakan metode studi literatur. Adapun literatur yang penulis gunakan sebagain besar dari Jurnal Berbahasa Inggris, juga dari buku-buku yang berkaitan dengan hal ini, serta dari blog dan website yang relevan dengan materi yang sedang di bahas oleh penulis.

 


BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Library 2.0
a.       Sejarah
Library 2.0 pertama kali dicetuskan oleh Michael Casey Pada September 2005.[2] Konsep Ini menganut filosofi baru dari layanan perpustakaan. Jantung perpustakaan 2.0 adalah berubah filosofi layanan yang berpusat pada pengguna. Konsep ini adalah suatu model untuk pelayanan perpustakaan mendorong perubahan konstan dan terarah, yang mengundang partisipasi pengguna dalam penciptaan layanan yang mereka inginkan baik fisik dan virtual, didukung oleh layanan evaluasi yang konsisten.
b.      Definisi
Sejak library 2.0 digulirkan sampai saat ini belum ada satu definisi pun yang dianggap mapan, walaupun sudah banyak ahli yang berusaha untuk mendefinisikannya. Banyak pandangan dan komentar pada gagasan telah diterbitkan di blog, artikel dan buku. Berikut Ini adalah beberapa gambaran singkat dari beberapa definisi yang disarankan mengenai Perpustakaan 2.0:[3]
1)      Brevik (2006), mendefinisikan library 2.0 adalah; “Library 2.0 is the natural evolution of library services to a level where the library user is in control of how and when she gets access to the services she needs and wants”[4]
Artinya: " Perpustakaan 2.0 adalah evolusi alamiah layanan perpustakaan ke tingkat di mana pengguna perpustakaan mengendalikan bagaimana dan kapan dia mengakses layanan yang dia butuhkan dan inginkan.
2)      Casey and Savastinuk (2007, xxii) menyatakan bahwa perpustakaan 2.0 adalah “Participatory service and change are the heart of Library 2.0, and technology is a tool that can help us get there”.[5]
Artinya: Layanan partisipatif dan perubahan adalah jantung dari Perpustakaan 2.0 , dan teknologi adalah alat yang dapat membantu kita sampai di sana
3)      Habib (2006) mendefinisikan perpustakaan dalam tesisnya sebagai “a subset of library services designed to meet user needs caused by the direct and peripheral effects of Web 2.0”[6]
Arinya: Bagian dari layanan perpustakaan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang disebabkan oleh efek langsung dan tidak langsung dari Web 2.0 "
4)      Maness (2006): menyatakan bahwa perpustakaan 2.0 adalah :“The application of interactive, collaborative, and multi-media web-based technologies to web-based library services and collections”.[7]
Artinya : " Penerapan interaktif , kolaboratif , dan multi -media teknologi berbasis web untuk layanan perpustakaan berbasis web dan koleksi " .
5)      Shoniwa and Hall (2008)  telah melakukan riset terhadap pustakawan di UK mengenai pandangan mereka tentang Library 2.0. hasilnya menyatakan bahwa : “Library 2.0 is the selective application of Web 2.0 tools with focus on user service. [8]
Artinya : " Perpustakaan 2.0 adalah aplikasi selektif dari Web 2.0 tools dengan fokus pada layanan pengguna .



c.       Prinsip Perpustakaan 2.0
Setelah konsep library 2.0 digulirkan oleh  Michael Casey di tahun 2005, dan menjadi salah salah satu bidang riset yang paling populer, pada saat itu juga empat prinsip yang menegaskan karekteristik dari perpustakaan 2.0, adapun keempat prinsip tersebut adalah sebagai berikut:[9]
1.      Everywhere, menurut  Chad and Miller’s [10] (2005), prinsip itu menunjukkan bahwa perpustakaan harus bergerak melampaui gagasan" perpustakaan tanpa dinding ", di mana mereka menawarkan sebuah situs web tujuan yang berusaha untuk mereproduksi pengalaman total perpustakaan online . Sebaliknya, aspek yang relevan dari pengalaman perpustakaan harus direproduksi dimanapun dan kapanpun pengguna membutuhkan mereka, tanpa perlu mengunjungi situs web terpisah untuk perpustakaan " .
2.      Has No Barriers, yang dimaksud tidak ada hambatan di sini mengacu pada dua dimensi portal, yaitu:[11]
a)      That It Is Accessible And Age-Friendly, artinya mudah diakses dan ramah – usia;[12]
b)      That It Provides Access To The Library’s Resources, artinya menyediakan akses ke sumber daya perpustakaan
Untuk mencapai tujuan tidak ada hambatan (no barriers) Danielsen menggambarkan bahwa, Federasi Nasional Tunanetra, telah menggugat perpustakaan untuk menghentikan pengembangan model pembelajaran online (seperti e-books) sehingga software untuk membaca e-book dapat memenuhi standar tertentu untuk bisa akses oleh siswa tunanetra.[13] Dalam penelitian ini, diusulkan e-learning platform tidak hanya dapat memberikan dukungan positif bagi peserta didik dengan cacat fisik, tetapi juga memungkinkan siswa cacat untuk mengakses sumber daya yang melimpah (misalnya; teks, video, animasi flash ) denga tanpa danya hambatan. Lebih khusus lagi, dari perspektif teori pendidikan modern, ini adalah salah satu prinsip bahwa perpustakaan dapat merujuk dan menyesuaikan untuk mencapai elemen tidak ada hambatan, yang bersifat individual di seluruh pengguna.[14]
3.      Provides Equal Participation, artinya menyediakan hak untuk bisa sama-sama berpartisipasi. Dalam menjelaskan maksud poin ini Huang menyatakan setidaknya ada dua dimensi yaitu siapa yang diundang untuk berpartisispasi? dan bagaimana para anggota mulai berinteraksi satu sama lain?.[15]  Untuk menengahi hal ini Chad dan Miller mengusulkan bahwa " Perpustakaan 2.0 memfasilitasi dan mendorong budaya partisipasi, membangkitkan perspektif dan kontribusi dari staf perpustakaan, mitra teknologi, dan masyarakat luas." Oleh karena itu , peserta yang bisa ikut berpartisipasi ini diantaranya adalah  staf, pembaca, mitra teknologi dan masyarakat.[16]
4.      flexible and encourages best of breed systems, artinya fleksibel dan mendorong sistem perkembangan biakan sistem yang terbaik. Maksudnya apabila kita merujuk pada konsep perpustakaan 2.0, bahwa perpustakaan harus menggunakan sistem berkembang biak yang terbaik yang membuat modul bisa beroprasi. Dibandingkan dengan apa yang dilaksanakan di masa lalu, Perpustakaan 2.0 menekankan peran teknologi di perpustakaan dan memiliki harapan yang lebih tinggi dari pekerjaan sistem yang mampu menangani ( misalnya sistem arsitektur dan manusia - mesin interface yang bisa disesuaikan sesuai dengan status petunjuk, efisiensi tinggi dari sistem, stabilitas rendah error, dan lain-lain). dan dalam kesemptan ini Chad dan Miller mengungkapkan bahwa " Perpustakaan harus terlibat dan berpartisipasi aktif dengan berbagai mitra teknologi, dan memastikan bahwa modul dan interoperabilitas adalah satu set sistem inti tetap yang handal dan kuat”.[17]

d.      Fitur - Fitur dalam Library 2.0
Perpustakaan 2.0 merupakan hasil adaptasi dari web 2.0[18], oleh karena teknologi dan fitur-fiturnya sama sekali tidak berbeda. Adapun fitur perpustakaan 2.0 adalah sebagai berikut:
1.      Really Simple Syndication (RSS)
RSS adalah sebuah file berformat XML yang digunakan untuk sebuah situs web atau blog (Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/RSS). Singkatan dari RSS ini mengacu kepada beberapa protokol, diantaranya :
o   Really Simple Syndication (RSS 2.0)
o   RDF Site Summary (RSS 0.9 dan 1.0)
o   Rich Text Summary (RSS 0.91)
Pengertian sederhana dan kegunaannya adalah teknologi yang memudahkan kita untuk mendapat informasi terbaru dari web atau blog tersebut, tanpa kita harus membuka website tersebut. Cukup dengan berlangganan RSS ini, maka anda informasi terbaru langsung bisa anda dapatkan.[19]
2.      Blogs
Blog adalah bentuk Aplikasi Web. Pada dasarnya merupakan bagian dari situs website yang dapat diakses secara online yang memiliki fungsi utama memuat tulisan-tulisan dan gambar (dimuat dalam posting) pada setiap halaman web. Blog biasanya dikelola oleh pengguna tunggal (sebagian lainnya oleh beberapa penulis) dibuat sesuai dengan topik dan tujuan dari si pengguna blog tersebut.[20]
3.      Social networking sites seperti: Facebook, MySpace, LinkedIn, dan lain-lain
4.    Wikis, Wiki adalah sebuah situs web (atau koleksi dokumen hiperteks lainnya) yang memperbolehkan penggunanya menambah atau mengubah isi situs tersebut. Istilah ini juga dapat merujuk kepada software kolaboratif yang digunakan untuk menciptakan situs web semacam itu.[21]
5.      Instant messaging atau lazim disebut dengan IM
6.      Podcasts/audio sharing, Podcast adalah jenis media digital yang terdiri dari serangkaian episodik audio, video radio, PDF, atau file ePub berlangganan dan download melalui sindikasi web atau streaming secara online ke komputer atau perangkat mobile. Dalam konteks perangkat Apple, istilah "Podcast" mengacu pada audio dan versi video podcast, sedangkan versi tekstual podcast diklasifikasikan dalam aplikasi yang dikenal sebagai Newsstand.[22]
7.      Document sharing tools seperti Google docs, dan lain-lain
8.      Vodcasts/video sharing seperti YouTube, dan lain-lain
9.      Microblogs seperti Twitter, Identica, dan lain-lain
10.  Photo sharing seperti Flickr, Webshots, Photobucket, Picasa, dan lain-lain
11.    Social bookmarking/folksonomies[23] adalah Sebuah layanan bookmark sosial adalah layanan online terpusat yang memungkinkan pengguna untuk menambahkan, keterangan, mengedit, dan berbagi bookmark dokumen web. Banyak layanan bookmark online manajemen telah diluncurkan sejak tahun 1996, Lezat, didirikan pada tahun 2003, mempopulerkan istilah "social bookmark "dan" tagging ".Tagging adalah fitur yang signifikan dari sistem bookmark sosial, memungkinkan pengguna untuk mengatur bookmark mereka dengan cara yang fleksibel dan mengembangkan kosakata bersama yang dikenal sebagai folksonomy.
Folksonomy itu sendiri adalah Bentuk sederhana dari kosa kata bersama tidak muncul dalam sistem bookmark sosial (folksonomy). Penandaan kolaborasi menunjukkan suatu bentuk system yang komplek atau mengorganisir diri dinamika. Contohnya seperti Delicious, CiteUlike, dan lain-lain.
12.  Presentation sharing contohnya contohnya seperti: Scribd, Slideshare, dan lain-lain
13.     Mashups, adalah sebuah situs web atau aplikasi web yang mengombinasikan konten dari banyak sumber ke dalam sebuah portal yang terintegrasi. Hal ini juga merupakan definisi dari semantik web. Istilah mashup muncul pada tahun 2006, merupakan paradigma baru yang diharapkan dapat menjadi pencatu kemajuan pada web 2.0. Konten mashup diambil dengan Application Programming Interface (API) yang melekat dengan RSS atau AtomFeeds dengan data web. Dengan demikian, ekstraksi informasi menjadi hal yang cukup menarik. Desainer aplikasi mashup adalah pengguna di perusahaan yang membutuhkan aplikasi khusus (ad-hoc) tanpa perlu melibatkan personil teknologi informasi atau pemakai akhir. contohnya seperti Google Maps, dan lain-lain. [24]
14.  Vertical search engines contohnya seperti subject or domain specific searches
15.  Virtual environments/worlds contohnya seperti Second Life, WoW, Activeworlds,
16.  Customized/personalized webpages for users  contohnya sepert: like iGoogle
17.  Dan lain – lain contohnya seperti  geolocation services, Jing




















BAB III
ARSITEKTUR SISTEM LIBRARY 2.0

A.    Ide Desain Arsitektur Sistem Library 2.0
Seperangkat sistem yang ditawarkan dalam library 2.0 menurut Xinya seharusnya merupakan sebuah solusi holistik, bukan hanya upgrade atau optimalisasi dari literatur asli yang berbasis manajemen library sistem yang tidak bisa meninggalkan konsep inti dari literatur, sementara saat ini konsep inti dari pengguna adalah apa yang kita butuhkan.[25] Selanjutnya masih menurut Xinya bahwa Perpustakaan 2.0 yang saat ini tengah ramai dibicarakan dan dieksplorasi mungkin akan seperti sistem-sistem lainnya sistem ini mungkin hanya akan bertahan beberapa tahun saja sebelum sistem yang lebih mutakhir ditemukan akan tetapi eksplorasi dan pengembangan sistem library 2.0 ini tak kalah panjangnya dan membutuhkan jam kerja yang cukup lama. Jadi, apakah sistem manajemen yang yang akan bertahan sebuah versi beta untuk beberapa waktu tetapi akan meningkatkan dan mengakomodasi secara bertahap dengan pemahaman lebih lanjut dari konsep ini. Saat ini, ada demand arsitektur sistem harus disesuaikan, adapun demand tersebut adalah sebagai sebagai berikut:[26]
a.       Close Combination With Digital Library (tertutupnya persatuan dengan perpustakaan digital)
Sistem manajemen perpustakaan saat ini baik di dalam maupun di luar negeri kebanyakan telah menggunakan sistem automasi hal ini mengarah pada arus bisnis bahan konvensional perpustakaan dan literatur cetak. Perpustakaan konvensional dan perpustakaan digital dalam hal jaringan terpisah baik itu pemanfaatan dan layanan meskipun sistem sumber daya yang terhubung sama-sama melalui link server. Pemisahan manajemen dan layanan membatasi efisiensi penggunaan sumber daya perpustakaan, dan menyebabkan kurangnya jasa yang berkaitan dengan hal itu. Oleh karena itu, dalam rangka untuk menawarkan layanan pengetahuan informasi yang berkualitas tinggi untuk pelanggan di dalam platform terpadu dan sederhana, maka perpustakaan digital harus tertanam erat dalam sistem Library 2.0, dan literatur materi cetak dan sastra digital lebih besar harus diintegrasikan dengan menggunakan cara teknis yang berlaku .
b.      Personalized Services And Managements For Patrons And Librarians,(layanan pribadi dan manajemen untuk pemustaka dan pustakawan)
Sistem Perpustakaan 2.0 secara pasti bertujuan membangun ruang individu dan mewujudkan layanan pribadi dari partisipasi dan berbagi ide untuk pelanggan, seperti perpustakaan saya, folder dan fungsi layanan lainnya. Perpustakaan saya termasuk catatan sejarah peminjaman, pemberitahuan lembur, memperbaharui, pemesanan, jumlah pinjaman saat ini, penyesuaian database, penyimpanan dokumen, foto, dan segala macam literatur digital yang didownload oleh pemustaka.
Pelanggan dengan minat yang sama dapat membuat grup penelitian dengan berlangganan sumber RSS, membaca catatan dan blog. Fungsinya seperti asisten pribadi termasuk aturan perpustakaan, daftar alamat, autocue kerja, dan memorandum yang dapat dikembangkan dalam sistem manajemen bisnis untuk membantu pustakawan dengan pekerjaan mereka. Pustakawan dapat mengatur dokumen saya, link saya, foto saya, musik saya , dan lain-lain, untuk memilah informasi pribadi dan data. komunikasi instan dapat digunakan oleh pelanggan dan pustakawan untuk berhubungan satu sama lain melalui sistem untuk mempromosikan hubungan antara pelanggan, pustakawan, pustakawan dan pelanggan  dengan baik.
Partisipasi pemustaka yang luas dalam manajemen dan pelayanan perpustakaan adalah sebuah revolusi besar sistem manajemen perpustakaan. Namun sayangnya tidak semua Perpustakaan mengoprasikan layanan internet, dengan demikian bagaimana mempertahankan fitur diri dan layanan yang mana yang dapat digunakan untuk referensi yang bisa ditawarkan kepada pelanggan, keduanya merupaka topik penelitian jangka panjang untuk sistem Perpustakaan 2.0.




c.       Comprehensive Integration Of Library’s Management Flows (integrasi yang komprehensif dari arus manajemen perpustakaan)

Sistem manajemen perpustakaan konvensional mengintegrasikan kerja bisnis utama dan pekerjaan pelayanan literatur dengan tujuan meningkatkan kualitas manajemen dan jasa literatur. Sistem manajemen kerja yang utama mencakup akuisisi buku,  katalogisasi buku, preservasi buku, sirkulasi buku, manajemen berkala, katalog online dan manajemen ruang baca elektronik, dan lain-lain. Sistem layanan informasi yang utama termasuk layanan temu kembali berbasis sains dan teknologi terbaru, layanan referensi dan layanan peminjaman antar perpustakaan, dan lain-lain.
Tapi di dalam sistem Perpustakaan 2.0, seperti yang telah dibahas sebelumnya fokusnya adalah sekitar layanan pemustaka, dan semua kegiatan dan layanan bisa dipantau oleh manajer dalam cara seragam. Untuk tujuan ini, alur kerja tidak hanya berurusan dengan buku saja tetapi hal lain yang memang dibutuhkan juga dikerjakan, seperti sistem otomatisasi internal kantor, sistem manajemen aset, sistem manajemen peralatan (kontrol operasi komputer real-time, peralatan jaringan, listrik, perlindungan kebakaran, elevator dan sistem pengawasan video, dan lain-lain ), sistem manajemen sumber daya manusia ( informasi penting, pilihan dan kehadiran formal karyawan dan mahasiswa paruh waktu kerja), sistem komunikasi real-time, sistem manajemen keuangan dan sistem kontrol arus kas.
Dengan manajemen keputusan dan sistem pendukung yang berbasis manajemen literatur konvensional dan arus manajemen kerja baru, direksi dapat mengatur kewenangan berbeda untuk bekerja profesional untuk pustakawan dan mengatur layanan literatur perpustakaan sesuai dengan kondisi situasi operasi dan kondisi layanan pengguna jasa dengan penjadwalan semua aspek sumber daya secara bersama-sama.

d.      Comprehensive Integration Of Knowledge Services (penyatuan yang komprehensif dari pelayanan ilmu pengetahuan)
Layanan pengetahuan adalah inti dari konstruksi Perpustakaan 2.0. Semua jenis sumber daya perpustakaan dan semua manajemen sekitar sumber daya ini menawarkan berbagai jenis layanan pengetahuan multi-level untuk pengguna. Oleh karena itu, dalam sistem Perpustakaan 2.0 harus membangun Portal personalisasi perpustakaan untuk melaksanakan integrasi semua layanan yang komprehensif.
Menurut objek layanan pengetahuan, sistem layanan pengetahuan terdiri dari subsistem didalamnya termasuk : Panduan Service, yang mencakup instruksi dasar pengetahuan tentang layanan perpustakaan, distribusi koleksi , dan manual, dan lain-lain; katalog yang bisa diakses oleh publik secara online ( OPAC ), dan jangkauan dan model pengindeksannya dari sumber daya dikumpulkan harus diperluas ke penerbit jadi bibliografi baru, sumber sumber daya dengan akses terbuka dan internet, dan lain-lain; layanan peminjaman antar perpustakaan dan layanan pengiriman dokumen, berdasarkan sistem temu kembali dokumen berdasarkan sains dan teknologi terbaru; Layanan pengetahuan subjek - layanan perpustakaan terutama disesuaikan dengan subjek tertentu; layanan referensi virtual dan layanan referensi kolaboratif, dan lain-lain.
Sistem Perpustakaan 2.0 mengintegrasikan semua arus manajemen dan semua layanan litertur. Selanjutnya, integrasi organik antara sistem manajemen dan sistem layanan pengguna adalah sama pentingnya . Promosi kontak dan berbagi informasi dari dua sistem yang sesuai dengan standar metadata yang seragam akan meningkatkan komunikasi antara perpustakaan dan pelanggan, baik itu dari segi ketepatan dan kualitas layanan literatur.

e.       Uniform Authentication System (Sistem otentikasi yang seragam)
Selama beberapa dekade, perpustakaan sudah punya banyak jenis subsistem aplikasi. Baru-baru ini, meskipun, lebih banyak sumber daya literatur digital dari berbagai jenis, database yang berbeda dan sistem temu kembali yang berbeda yang menyertainya. Tidak adanya data standar atau interface data yang  terbuka antara sistem ini, sehingga terbentuklah pulau-pulau informasi, terutama antara sistem database literatur. Interface eksternal ditutup oleh quotients data base yang hanya mempertimbangkan kepentingan ekonomi mereka sendiri, dan mereka tidak menawarkan dukungan teknis yang relevan.
Namun, sering dengan arah tujuan layanan personalisasi untuk pelanggan di dalam sistem Perpustakaan 2.0, maka perpustakaan harus mengintegrasikan manajemen, layanan dan sumber daya, dan menerapkan sistem otentikasi yang seragam dan kontrol akses sehingga untuk mengintegrasikan sejumlah besar subsistem aplikasi dan sumber daya literatur digital. Pengguna harus bisa masuk sumber digital yang berbeda dan sistem layanan dengan mudah tanpa perlu  loggin terus menerus.
Setidaknya akan ada dua perubahan di sistem Perpustakaan 2.0 ketika otentikasi seragam telah dilaksanakan. Salah satunya adalah penggunaan umum dan standar otentikasi antarmuka untuk memastikan sistem layanan dapat diintegrasikan dengan mudah; yang lainnya adalah mode kontrol dari sistem sumber literatur digital yang akan berubah dari kontrol IP ke account control, tidak peduli di mana para pengunjung , sehingga mereka dapat memanfaatkan semua sumber daya literatur digital dari perpustakaan dengan nyaman. Hal ini tentunya merupakan proses yang sangat panjang! tergantung sejauh mana baik itu keseriusan pemerintah, atau tampilan sistem hunian pasar yang tinggi kecerdasan, yang membuat standar. Yang terakhir ini ditentukan oleh persaingan pasar. Setelah beberapa quotient Data dicuci keluar dari pasar, dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan kedalaman, sisanya akan membuka antarmuka sistem yang relevan dan bekerja sama dengan penelitian dan pengembangan.

B.      Model Service Oriented Architecture (Arsitektur yang berorientasi layanan)
Arsitektur sistem adalah dasar-dasar sistem informasi manajemen ( SIM ).  sistem arsitektur Perpustakaan 2.0 dihadapkan dengan komplesitas yang banyak dan rumit, seharusnya tidak hanya memecahkan masalah baru pengelolaan dan pelayanan, tetapi juga dapat bisa mengimbangi dengan waktu.
Dari sistem komputer host besar di tahun 1960 untuk arsitektur C / S untuk PC di tahun 1980-an, sistem telah dikembangkan menuju miniaturisasi dan distribusi terutama dengan mulai merebaknya internet di tahun 1990 an. Setelah penampilan layanan web pada tahun 2000, SOA yang dianggap kerangka dasar layanan sebuah Web menjadi mainstream dan kecenderungan. Ini bukan hanya bentuk arsitektur terpisah, tetapi membawa sebuah konsep baru ke industri informasi tradisional dan mempromosikan berbagi informasi dengan penuh kenyamanan. Sebuah metode kopling longgar diadopsi. Pengguna dapat membangun sistem informasi mereka sendiri melalui diagram alir jika mereka mengetahui proses operasi dengan baik. perangkat lunak ini merubah semua aspek manajemen ke dalam bentuk dan arus, menggabungkan fragmentaris yang terstruktur dan data tidak terstruktur, dokumen , katalog , dan jaringan di WAN dan LAN dalam rangka meningkatkan hubungan kerjasama informasi ini. software arsitektur yang berorientasi layanan yang koperatif dapat mewujudkan fungsi manajemen pengetahuan, manajemen aliran, manajemen sumber daya manusia, manajemen klien, manajemen item, integrasi aplikasi, dan lain-lain dan fungsi yang ditampilkan kepada pengguna secara seragam. 
Software Arsitektur yang Berorientasi Layanan menyediakan seperti kerangka sehingga software tertentu dalam sistem dapat membuat permintaan aman dan terpercaya, dan dengan demikian memperoleh sumber daya dari sistem lain. Sebuah server pusat tidak lagi diperlukan untuk mengelola dan mengontrol aplikasi jaringan dari pelabuhan ke pelabuhan. Banyak perangkat lunak dan sistem produsen seperti IBM, Oracle , SAP dan Microsoft membayar perhatian besar untuk Software arsitektur berorientasi layanan saat ini . Dan demikian juga perpustakaan .
 
C.     Lima Layer Sistem Perpustakaan Menurut Model Software Berorientasi Layanan
Model Software Berorientasi Layanan sangat sesuai dengan persyaratan Perpustakaan 2.0. Saat ini , Sistem Integrasi Otomatisasi Perpustakaan, Sistem Layanan Jaringan dan Sistem Sumber Daya Digital baik yang dipisahkan atau berdiri sendiri. Tapi suatu sistem yang terintegrasi pada inti pengguna adalah apa yang diinginkan oleh perpustakaan untuk mengintegrasikan sumber literatur, layanan perpustakaan, dan pengelolaan pekerjaan bisnis. Setiap aplikasi dapat dikemas secara terpisah ke dalam groupware independen dengan antarmuka terbuka dalam mode Software berorientasi layanan, layanan berorientasi pengguna, dan gagasan arsitektur terbuka yang berorientasi layanan dan inilah metode teknis yang betul-betul diperlukan untuk sistem Perpustakaan 2.0. 
sistem Perpustakaan 2.0 dapat dibagi menjadi lima bagian sesuai dengan arsitektur Software Berorientasi Layanan yaitu; hardware lapisan dasar, lapisan sistem, sumber daya dan data lapisan, layer manajemen layanan dan layer layanan pengetahuan. Setiap layer relatif independen, dan dapat dikelola secara masing-masing untuk memastikan tidak ada efek sakit yang terjadi antara satu sama lain ketika salah satu dari mereka mengalami perubahan atau upgrade secara individual.[27]
1.    Hardware Foundation Layer (Hardware lapisan dasar). Ini adalah dasar pengoperasian sistem, dan termasuk jaringan dasar peralatan, seperti server, komputer , array disk, dan lain-lain.
2.    System Layer (lapisan sistem). Ini adalah platform perangkat lunak dasar dari seluruh sistem , termasuk sistem operasi server atau komputer, sistem database, database middleware, pengembangan bahasa, platform layanan internet, software antivirus , arsitektur sistem ( Net atau J2EE ) . Cina sekarang membayar lebih dan lebih memperhatikan platform dasar perangkat lunak dan secara bertahap mempromosikan hanya software legal untuk memastikan keamanan sistem dan stabilitas.
3.    Resource and Data Layer (Sumber daya dan lapisan data). Data adalah inti dari semua sistem, sama baiknya seperti kebutuhan kondisi operasi sistem dan layanan sistem . Semua sumber daya perpustakaan juga disimpan dan disediakan sebagai data. Lapisan data dapat dibagi lagi menjadi lapisan metadata dan lapisan data . Metadata terdiri dari standar ditentukan sistem, Z39.50 protokol, MARC, dan lain-lain. data terdiri dari berbagai data bisnis dalam sistem dan semua data sumber daya literatur perpustakaan.
4.    Business Management Layer (Lapisan Manajemen Bisnis). Ini berisi semua alur kerja manajemen perpustakaan. Perpustakaan  jaman dahulu yang ada hanya alur manajemen literatur, sedangkan di sistem Perpustakaan 2.0 membutuhkan realisasi manajemen literatur dan pengetahuan, pelanggan dan pustakawan , infrastruktur dan peralatan ,pengelolaan jenis layanan sastra, dan lain-lain. Berdasarkan ini, manajemen integrasi yang benar, statistik dan keputusan dapat dibuat oleh direksi.
5.    Knowledge Service Layer (lapisan layanan pengetahuan). Pada akhirnya ini adalah lapisan yang berorientasi pada pengguna, juga disebut layer layanan display, dan itu adalah target desain Software  yang berorientasi pada layanan. Itu akan merealisasikan layanan individual yang didukung oleh sistem Perpustakaan 2.0 melalui program antarmuka standar untuk pustakawan atau pengguna dalam sistem portal. Layanan Penyatuan pengetahuan dan manajemen kerja dapat segera direalisasikan, tetapi sulit untuk sumber literatur. Perusahaan database mengontrol alamat IP untuk mewujudkan layanan pencarian berakhir di pengguna, tetapi perpustakaan menginginkan otorisasi pelanggan sehingga dapat menggunakan sumber daya digital kapan saja dan di mana saja. Para penulis saat ini mempertahankan bahwa perpustakaan akan menjadi pemenang dalam kontradiksi tentang permintaan perpustakaan dan manfaat dari perusahaan database  - hanya waktu yang diperlukan. !
Secara visualisasi kelima bagian tersebut dapat kita lihat seperti gambar dibawah ini; [28]











Sistem Arsitektur Library 2.0


D.    Penerapan Arsitektur Sistem Perpustakaan 2.0
Dibandingkan dengan sistem yang lama, arsitektur baru adalah perbedaan paling signifikan dari perpustakaan 2.0 dari yang lain. Yang dahulu berdasarkan pengawasan alur literatur perpustakaan, sistem kerja dan sumber daya digital berubah menjadi pulau-pulau informasi dengan pengembangan perpustakaan digital. Arsitektur lima tingkat dari Perpustakaan 2.0 dapat memecahkan masalah secara bertahap dan mengubah manajemen literatur ke dalam layanan pengetahuan berorientasi pengguna.
Lima lapisan dalam arsitektur sistem telah dianalisis.Dua lapisan bawah, yaitu layer dasar hardware dan layer sistem, dapat diadopsi langsung oleh perpustakaan karena perkembangan teknologi saat ini begitu pesat. sementara tiga lapisan lainnya perlu dirancang, dikembangkan dan diterapkan. Menurut Xinya Banyak perpustakaan di Cina seperti di Universitas Jinan dan Universitas Xiamen mencoba menawarkan pelanggan mereka sebuah sistem portal pengetahuan individu untuk melengkapi kekurangan dari sistem lama.[29]
Layanan Literatur secara individu direalisasikan dan itu solusi yang lebih baik daripada hanya blog atau RSS percobaan dari beberapa perpustakaan lain. Namun , karena kurangnya dukungan dari manajemen bisnis, semua percobaan ini tidak bisa benar-benar memecahkan masalah karena mereka tidak bisa mencapai fokus transformasi yang diperlukan dari sistem dari literatur ke pengguna. Oleh karena itu, ketika merancang sistem aplikasi perpustakaan, tiga tingkatan terakhir harus dibangun masing-masing. Ketiga sistem aplikasi berkorelasi dalam mendasari database dan berdasarkan pada pengguna termasuk pengetahuan mesin pencarian (sumber daya dan lapisan data), sistem manajemen perpustakaan modern (layanan lapisan manajemen) dan sistem individual pengetahuan internet service (pengetahuan layanan layer) . Semua di atas menyusun seluruh solusi dari sistem Library 2.0 , seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah ini:[30]


DAFTAR PUSTAKA


Brevik,T.(2006),Library 2.0 ¼ My Library?, available at: http://lib1point5.wordpress.com/2006/04/12/library-20-mylibrary. Diakses tanggal 10 Juni 2016 di Yogyakarta.
Casey, M.E. and Savastinuk, L.C. (2006), “Library 2.0”, Library Journal, September 1, available at:www.libraryjournal.com/article/CA6365200.html. Diakses tanggal 10 Juni 2016 di Yogyakarta
Chad, K. and Miller, P. (2005), “Do Libraries matter? The rise of Library 2.0, white paper version 1.0”, available at: www.talis.com/downloads/white_papers/DoLibrariesMatter. Diakses tanggal 11 Juni 2016 di Yogyakarta.
Chua, A.Y.K. and Goh, D.H. (2010), “A study of Web 2.0 applications in library websites”, Library & Information Science Research, Vol. 32 No. 3, pp. 203-211.
Danielsen, C. (2012), “National Federation of the Blind Assists in Litigation Against Free Library of Philadelphia”, available at: https://nfb.org/national-federation-blind-assists-litigationagainst-philadelphia-free-library (accessed 14 February 2014).
David Yoga Permana, “Apa itu podcast”, dalam http://davidyogaa.blogspot.co.id/2012/12/apa-itu-podcast.html, diakses tanggal 11 Juni 2016 di Yogyakarta.
fadila, Fauzi, Apa itu Social Bookmark?, dalam http://fauzifadila.blogspot.co.id/2012/12/apa-itu-social-bookmark.html diakses tanggal 11 Juni 2016
Habib, M.C. (2006), Toward Academic Library 2.0: Development and Application of a Library 2.0 Methodology, School of Information and Library Science, University of North Carolina at Chapel Hill, NC, available at: http://etd.ils.unc.edu/dspace/handle/1901/356. Diakses tanggal 10 Juni 2016
Holmberg, Kim Isto Huvila Maria Kronqvist-Berg Gunilla Widén-Wulff, (2009),"What is Library 2.0?", Journal of Documentation, Vol. 65 Iss 4 pp. 668 - 681
Huang, Tien-Chi (2015),"What Library 2.0 has taught libraries in Taiwan about e-learning", The Electronic Library, Vol. 33 Iss 6, hlm. 1126
Mahmood, Khalid, John V. Richardson Jr, (2013),"Impact of Web 2.0 technologies on academic libraries: a survey of ARL libraries", The Electronic Library, Vol. 31 Iss 4 pp. 508 - 520
Maness, J.M. (2006), “Library 2.0 theory: Web 2.0 and its implications for libraries”, Webology, Vol. 3 No. 2, available at: www.webology.ir/2006/v3n2/a25.html. Diakses tanggal 10 Juni 2016 di Yogyakarta.
Peng, Xinya Yang Qunyi Wei Xiaodong, (2009),"System architecture of Library 2.0", The Electronic Library, Vol. 27 Iss 2, hlm. 285.
Perpusmaya,“Mushup,”dalam https://perpusmaya.wordpress.com, diakses tanggal 11 Juni 2016
Proweb (corporate web developer), “Pengertian RSS Feed dan Kegunaan”, dalam http://www.prowebpro.com/articles/pengertian_rss_feed_dan_kegunaan.html. Diakses tanggal 11 Juni 2016, di Yogyakarta
Shoniwa, P. and Hall, H. (2008), “Library 2.0 and UK academic libraries: drivers and impacts”, New Review of Information Networking, Vol. 13 No. 2, pp. 69-79.
Wikidot.com,“Apa itu situs wiki?, “ Dalam http://handbook.wikidot.com/id:what-is-a-wiki-site, diakses tanggal 11 juni 2016 di Yogyakarta.
World Health Organization (WHO) (2014), “WHO age-friendly environments programme”, available at: www.who.int/ageing/age_friendly_cities/en/. Diakses tanggal 11 Juni 2016 di Yogyakarta.
Zine, Solo,”Apa Itu Blog ? Sejarah, Fungsi dan Cara Membuat Blog”, dalam http://www.solozine.com/2013/10/apa-itu-blog-sejarah-fungsi-dan-cara.html. Diakses tanggal 11 Juni 2016, di Yogyakarta.



[1] Xinya Yang Qunyi Wei Xiaodong Peng, (2009),"System architecture of Library 2.0", The Electronic Library, Vol. 27 Iss 2 pp. 283 - 291
[2] Khalid Mahmood John V. Richardson Jr, (2013),"Impact of Web 2.0 technologies on academic libraries: a survey of ARL libraries", The Electronic Library, Vol. 31 Iss 4 pp. 508 - 520
[3] Kim Holmberg Isto Huvila Maria Kronqvist-Berg Gunilla Widén-Wulff, (2009),"What is Library 2.0?", Journal of Documentation, Vol. 65 Iss 4 pp. 668 - 681
[4]Brevik,T.(2006),Library 2.0 ¼ My Library?, available at: http://lib1point5.wordpress.com/2006/04/12/library-20-mylibrary. Diakses tanggal 10 Juni 2016 di Yogyakarta.
[5] Casey, M.E. and Savastinuk, L.C. (2006), “Library 2.0”, Library Journal, September 1, available at:www.libraryjournal.com/article/CA6365200.html. Diakses tanggal 10 Juni 2016 di Yogyakarta
[6] Habib, M.C. (2006), Toward Academic Library 2.0: Development and Application of a Library 2.0 Methodology, School of Information and Library Science, University of North Carolina at Chapel Hill, NC, available at: http://etd.ils.unc.edu/dspace/handle/1901/356. Diakses tanggal 10 Juni 2016
[7] Maness, J.M. (2006), “Library 2.0 theory: Web 2.0 and its implications for libraries”, Webology, Vol. 3 No. 2, available at: www.webology.ir/2006/v3n2/a25.html. Diakses tanggal 10 Juni 2016 di Yogyakarta.
[8] Shoniwa, P. and Hall, H. (2008), “Library 2.0 and UK academic libraries: drivers and impacts”, New Review of Information Networking, Vol. 13 No. 2, pp. 69-79.
[9] Tien-Chi Huang , (2015),"What Library 2.0 has taught libraries in Taiwan about e-learning", The Electronic Library, Vol. 33 Iss 6 pp. 1121 - 1132
[10] Chad, K. and Miller, P. (2005), “Do Libraries matter? The rise of Library 2.0, white paper version 1.0”, available at: www.talis.com/downloads/white_papers/DoLibrariesMatter. Diakses tanggal 11 Juni 2016 di Yogyakarta.
[11] Tien-Chi Huang , (2015),"What Library 2.0 has taught libraries in Taiwan about e-learning", The Electronic Library, Vol. 33 Iss 6, hlm. 1126
[12] World Health Organization (WHO) (2014), “WHO age-friendly environments programme”, available at: www.who.int/ageing/age_friendly_cities/en/. Diakses tanggal 11 Juni 2016 di Yogyakarta.
[13] Danielsen, C. (2012), “National Federation of the Blind Assists in Litigation Against Free Library of Philadelphia”, available at: https://nfb.org/national-federation-blind-assists-litigationagainst-philadelphia-free-library (accessed 14 February 2014).
[14] Ibid., Tien-Chi Huang, hlm. 1126
[15] Tien-Chi Huang , (2015),"What Library 2.0 has taught libraries in Taiwan about e-learning", The Electronic Library, Vol. 33 Iss 6, hlm. 1126
[16] Ibid., Chand dan Miller, hlm. 10
[17] Ibid., Chad dan Miller, hlm. 11
[18] Chua, A.Y.K. and Goh, D.H. (2010), “A study of Web 2.0 applications in library websites”, Library & Information Science Research, Vol. 32 No. 3, pp. 203-211.
[19] Proweb (corporate web developer), “Pengertian RSS Feed dan Kegunaan”, dalam http://www.prowebpro.com/articles/pengertian_rss_feed_dan_kegunaan.html. Diakses tanggal 11 Juni 2016, di Yogyakarta
[20] Solo Zine ,”Apa Itu Blog ? Sejarah, Fungsi dan Cara Membuat Blog”, dalam http://www.solozine.com/2013/10/apa-itu-blog-sejarah-fungsi-dan-cara.html. Diakses tanggal 11 Juni 2016, di Yogyakarta.
[21]  Wikidot.com,“Apa itu situs wiki?, “ Dalam http://handbook.wikidot.com/id:what-is-a-wiki-site, diakses tanggal 11 juni 2016 di Yogyakarta.
[22] David Yoga Permana, “Apa itu podcast”, dalam http://davidyogaa.blogspot.co.id/2012/12/apa-itu-podcast.html, diakses tanggal 11 Juni 2016 di Yogyakarta.
[23] Apa itu Social Bookmark?, dalam http://fauzifadila.blogspot.co.id/2012/12/apa-itu-social-bookmark.html diakses tanggal 11 Juni 2016
[24]  Perpusmaya,“Mushup,”dalam https://perpusmaya.wordpress.com, diakses tanggal 11 Juni 2016
[25] Xinya Yang Qunyi Wei Xiaodong Peng, (2009),"System architecture of Library 2.0", The Electronic Library, Vol. 27 Iss 2, hlm. 285.
[26] Ibid.,
[27] Ibid., Xinya Yang Qunyi Wei Xiaodong Peng, hlm. 288
[28] Ibid., Xinya Yang Qunyi Wei Xiaodong Peng, hlm. 289
[29] Ibid., Xinya, hlm. 290
[30] Ibid., Xinya, hlm.