BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Revolusi internet telah membawa perubahan besar ke
perpustakaan dalam cara mereka mengumpulkan, mengatur, memproses, menyimpan dan
mengambil informasi . Banyak perpustakaan dalam proses perubahan dan
beradaptasi dengan tantangan dan peluang yang ditimbulkan oleh ledakan
Informasi dan perubahan kebutuhan pengguna. Perpustakaan pasti menjadi baik
ruang fisik dan virtualnya karena ada percampuran antara tradisional dan
lingkungan online. Pustaka sekarang ini dituntut untuk semakin profesional
dalam melayani beragam komunitas pengguna dengan berbagai macam kebutuhan.
Masa depan perpustakaan adalah subjek yang sedang hangat dan
terus diperdebatkan, dan telah selama lebih dari dua dekade . menurut Kasthuri
Ada banyak pandangan bertentangan pada kemungkinan nasib perpustakaan sebagai
lembaga. Namun , konsep " perpustakaan sebagai tempat " tampaknya
mendapatkan penerimaan luas. Sementara perdebatan tentang relevansi
perpustakaan yang sedang terjadi terus dikembangkan, hal ini menjadikan
persaingan antar perpustakaan berlomba dengan satu sama lain dalam menampilkan
citra perpustakaan yang baik dan nyaman bagi pemustaka.[1]
Masalah ataupun isu-isu yang sedang dihadapi perpustakaan
saat ini, tidak seharusnya dijadikan beban yang bisa menimbulkan menurunnya
produktifitas kerja para pustakawan ataupun praktisi dan pemerhati dalam dunia
perpustakan. Tapi jadikanlah tantangan ini sebagai modal untuk kita berkreasi
dalam mencari solusi terbaik demi kemajuan perpustakaan. Perpustakaan sudah
waktunya mematangkan diri untuk menghadapi segala tantangan zaman, menyediakan
layanan yang inovatif dan beragam
teknologi untukmemenuhi kebutuhan pengguna. Meskipun saat ini mengahdapi
generasi baru yang sangat familiar sebagai pengguna dari internet dan media
digital lainnya, kita harus yakin dan
percaya bahwa mereka masih menghargai perpustakaan sebagai tempat yang
nyaman dan menyenangkan untuk belajar, dan mencari informasi yang mereka butuhkani.
Tantangan bagi pustakawan adalah untuk menciptakan suasana dan karakter
diperpustakaan saat ini yang tidak hanya memenuhi tujuan fungsional , tetapi
juga menjadi berkesan dan inspiratif menjadi bagian dari pembelajaran dan
pengalaman yang baik bagi pengguna dan perjalanan pendidikan
Tulisan ini dibuat sebagai usaha untuk menghidupkan kembali
gairah pustakawan dan semua elemen masyarakat pencinta perpustakaan. Untuk
menuangkan kreatifitasnya dalam menampilakan wajah perpustakaan yang asri dan
menyenangkan. Disain perpustakaan yang nyaman akan membuat penggunanya merasa
betah untuk berlama-lama di perpustakaan. Berangaktlah dari hal itulah penulis
berusaha memaparkan pentingnya disain perpustakaan dan semua elemen yang ada
didalam nya untuk kemajuan perpustakaan.
Dengan masuknya ergonomi ke perpustakaan seakan menjadi
solusi yang amat berharga dalam menata dan mendisain perpustakaan agar berbekas
di hati penggunanya. Oleh karena itu penulis mencoba untuk membuat tulisaan
dengan judul Merancang Lingkungan Belajar Yang Kreatif Di Perpustakaan Dengan
Menggunakan Prinsip-Prinsip Ergonomi. Sebagai salah satu untuk membuat
perpustakaan semakin nyaman dan semaikin dicintai penggunanya.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Pengertian
Ergonomi
Ergonomi
berasal dari bahasa latin yaitu Ergo (kerja) dan Nomos (hukum alam), dari
rangakaian kata itu kita dapat definisikan bahwa Ergonomi adalah suatu studi
tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi, enginereing, manajemen dan disain atau
perancangan. Ergonomi juga berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi,
kesehatan, keselamatan, dan kenyataan manusia di tempat kerja, di rumah, dan di
tempat rekreasi.[2]
Menurut Hertati
ergonomi adalah bidang studi yang membahas tentang kesesuaian antara manusia
dengan lingkungan kerjanya. Studi ini sangat membantu dalam menentukan desain
peralatan kerja, sistem kerja, dan perancangan sebuah produk yang tepat, aman,
dan nyaman untuk dipergunakan serta dapat mengurangi resiko cedera maupun
kecelakaan bagi pelaku kerja.[3]
Ergnomi menurut
Guzairi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari manusia dengan pekerjaannya dan
dengan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut seperti tata cara
kerja, menyerasikan manusia dengan mesin, desain peralatan dan ruang kerja,
oraganisasi kemampuan manusia dengan peralatan kerja sehingga dari berbagai hal
tersebut dapat diwujudkan dengan tata cara kerja yang baik, peralatan kerja
yang efektif, desain peralatan kerja, dan desain ruang yang baik hingga dapat
mengoptimalkan potensi manusia itu sendiri.[4]
Sedangkan
ergonomi menurut Manuaba adalah suatu ilmu yang peduli akan keserasian manusia
dan pekerjaannya. Ilmu ini menempatkan manusia sebagai unsur pertama, terutama
kemampuan, kebolehan, dan batasannya. Ergonomi membuat pekerjaan, peralatan,
informasi, dan lingkungan yang serasi satu sama lain.[5]
Dari berbagai
teori diatas belum diungkap definisi ergonomi dilihat dari kacamata seorang
pustakawan, berikut ini adalah definisi ergonomi menurut pustakawan;
“Ergonomics is a range of concepts which assist in maximising the
design of the interaction of the human being with machines, systems,
workingmethods and environments, while taking into account the safety, physical
and mental capacity and productive potential of those same human operators”
Artinya : "Ergonomi adalah berbagai konsep yang membantu dalam
memaksimalkan desain interaksi manusia dengan mesin, sistem, metode kerja dan
lingkungan, yang senatiasa memperhitungkan keamanan, kapasitas fisik dan mental
dan potensi produktif mereka operator manusia yang sama "
Dari berbagai pengertian diatas,
dapat dinterpretasikan bahwa pusat dari ergonomi adalah berdasarkan kesadaran,
keterbatasann kemampuan dan kapabilitas manusia. Sehingga dalam usaha mencegah
cidera, meningkatkan produktifitas, efisiensi, dan kenyamanan dibutuhkan
penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan, dan manusia yang terlibat
dengan pekerjaan itu.
B.
Tujuan
/ manfaat ergonomi
Tujuan ergonomi
adalah menciptakan suasana kerja yang profesional, aman dan nyaman sehingga,
mencapai produktifitas kerja yang maksimal.[6]
Disamping itu menurut Hertati diantara tujuan ergonomi itu adalah sebagai
berikut:
1.
Meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit
akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan
kepuasan kerja
2.
Meningkatkan
kesejahteraan sosial melalui peningkatan kontak sosial dan mengkoordinasi kerja
secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia
produktif maupun setelah tidak produktif.
3.
Menciptakan
keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari
setiap kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup
yang tinggi.
C.
Peranan
Penerapan Ergonomi antara lain
Adapun peranan ergonomi antara lain:
a.
Aktifitas
rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (redesain). Hal ini meliputi
perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja, bangku kerja, platform, kursi,
pegangan alat kerja, sistem pengendali, alat peraga, jam/lorong, pintu,
jendela, dan lain-lain
b.
Desain
pekerjaan suatu organisasi
Misalnya : penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal
pergantian, waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan dan
lain-lain
c.
Meningkatkan faktor keselamatan kerja
Misalnya: disain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan
ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga
visual. Hal itu adalah untuk menguarangi kelelahan kerja, desain suatu
peletakan instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi dalam proses
transfer informasi dan lain-lain
BAB III
MERANCANG
LINGKUNGAN BELAJAR YANG KREATIF
DI PERPUSTAKAAN
DENGAN MENGGUNAKAN
PRINSIP-PRINSIP
ERGONOMI
Untuk merancang
sebuah bangunan agar enak dan nyaman untuk didiami memerlukan perencanaan dan
waktu yang lama, begitu juga untuk membuat sebuah
Perpustakaan yang menjadi pusat
belajar mahasiswa, agar perpustakaan itu enak dan nyaman mendukung setiap
aktivitas pembelajaran mahasiswa maka pembangunan perpustakaan ini bukanlah hal
yang main-main. Diperlukan perencanaan yang matang juga kajian mendalam agar
benar-benar bangunan ini tepat guna sesuai dengan fungsi peruntukannya. Untuk
menuju ke pada bangunan yang sesuai dengan harapan kita ada beberapa tahapn
yang harus kita laksanakan diantaranya adalah sebagai berikut:[7]
a.
Proses
perencanaan
Banyak perpustakaan yang dibangun saat ini memiliki tujuan
yang sama, yang mengakibatkan sebagian besar dari pemikiran dan refleksi dari
dampak era digital pada interaksi pengguna dengan perpustakaan. Meskipun
pustakawan di seluruh dunia berbagi pendekatan serupa untuk merancang ruang
untuk pengguna perpustakaan, itu penting bagi kita untuk mengartikulasikan visi
dan tujuan untuk proyek jelas sehingga dapat secara efektif dikomunikasikan
kepada berbagai pihak, terutama desainer interior yang terlibat dalam desain
dan implementasinya.
Dalam merencanakan pembangunan gedung perpustakaan ini
setidaknya kita harus melibatkan unsur-unsur pimpinan dan para stakeholder yang
mempunyai wewenang dan otoritas ke depannya dalam penggunaan dan pemanfaatan
gedung ini. Untuk hasil yang maksimal perlu usaha yang maksimal juga.
b.
User
Survey
Salah satu hal
lagi yang pantas jadi acuan sebelum pembangunan suatu gedung dimulai, apalagi
ini gedung perpustakaan. Yaitu pendapat pengguna mengenai fungsi gedung
perpustakaan ke depannya. Dalam library 2.0 menetapkan bahwa user (pemustaka)
merupakan pusat acuan dalam layanan pengelolaan perpustakaan. Sebagaimana kita
ketahui library 1.0 yang collection centris sementara library 2.0 yang user
centris, hal ini menyebabkan apa yang kita layankan, apa yang kita dayagunakan
sebesar-besarnya adalah untuk pengguna perpustakaaan. Pendapat dan masukan untu
gedung perpustakaan yang kita bangun semestinya salah satu acuannya adalah
hasil survei dari pengguna itu sendiri.
c.
Pertimbangan
Desain Perpustakaan
Setelah tahapan
yang sebelumnya selesai dan hasilnya sudah ada, maka tahapan selanjutnya mulai
mengolah dan mempertimbangkan desain seperti apa yang akan kita
implementasikan. Mempertimbangkan suatu masukan itu apabila melibatkan berbagai
macam kepentingan tentu tidak mudah untuk memutuskannya.
Desain Fisik suatu gedung akan baik
apabila dirancang oleh suatu suatu tim yang solid. Sebuah penelitian yang digagas oleh Shil dan Tonner. Bahwa
kesolidan tim perancang atau tim perumus berimbas terhadap implementasi sebuah
bangunan yang benar-benar diperlukan dan berdayaguna tinggi bagi penggunanya.[8]
Mungkin dari berbagai pertimbangan
yang ada, pertimabangan dibawah ini bisa menjadi masukan dalam rancangan
bangunan sebuah perpustakaan:[9]
1.
Keseimbangan harus dicapai antara menyediakan
ruang yang cukup untuk koleksi dan menciptakan berbagai ruang belajar bagi
pengguna . Terlepas dari proporsi pertumbuhan digital untuk mencetak bahan ,
ada kemungkinan bahwa yang terakhir akan terus membentuk sebagian besar total
sumber daya perpustakaan dan ruang yang cukup bagi mereka harus dialokasikan.
Namun, diputuskan bahwa ruang pengguna memadai dan menarik adalah juga sangat
penting dalam menarik pengguna ke Perpustakaan. Oleh karena itu, kami harus
merencanakan untuk kurang dari daerah optimum untuk koleksi fisik sehingga
dapat meningkatkan proporsi ruang pengguna.
2.
Lihat
target pengguna apabila Sebagian
besar pengguna yang ditargetkan adalah mahasiswa seni tentu kita mengharapkan
kepekaan tingkat yang lebih tinggi terhadap aspek estetika dari bangunan
perpustakaan. oleh karena itu Desain perpustakaan harus memiliki pernyataan
visual yang kuat yang layaknya citra sekolah untuk seni.
3.
Kita
juga perlu memperhatikan generasi mana yang akan lebih dominan menggunakan
fasilitas perpustakaan ini. Apakah generasi X atau Y atau Z. dengan mengetahui
hal ini maka disain gedung akan lebih akomodatif.
d.
Pertimbangan
Estetika
Pertimbangn
selanjutnya adalah pertimbangan, nilai estetika suatu tentu akan menjadi ciri
khas wilayah tersebut. Begitu juga dengan perpustakaan apabila dengan nilai
estetika yang tinggi tentu ini sangat bermanfaat bagi pengguna, juga bagi
gengsi institusi yang menaunginya. Di bawah ini beberapa contoh bangunan
perpustakaan yang memiliki nilai estetika yang sangat baik.
Dan masih banyak lagi yang lainnya yang lebih unik.
e.
fitur
Perpustakaan
salah satu hal yang menarik dari perpustakaan diantaranya adalah
fitur perpustakaan atau teknologi apa saja yang diadopsi oleh perpustakaan
tersebut. Adapun fitur-fitur kunci yang ada diperpustakaan diantaranya:[10]
a)
Tempat duduk. ruang tempat duduk adalah elemen
penting dalam desain perpustakaan. Kebanyakan perpustakaan akademik menemukan
bahwa ruang untuk kursi pengguna populasinya semakin sedikit karena pertumbuhan
rak koleksi. Kami percaya bahwa pengguna
perpustakaan harus memiliki berbagai tempat duduk untuk memilih dan untuk
menyesuaikan pendekatan belajar mereka dan suasana hati pada waktu tertentu.
Namun, karena ruang terbatas yang tersedia di perpustakaan kecil, kita harus
sangat selektif dalam memilih pengaturan tempat duduk. Pada dasarnya ada tiga jenis
tempat duduk daiantaranya adalah:
1.
Reading
benches. bangku untuk membaca. Ini
adalah bangku besi panjang ditempatkan di antara bagian-bagian dari rak untuk
pengguna untuk duduk saat browsing koleksi. Seperti yang kita harapkan browser
untuk bergerak koleksi , bangku-bangku tidak dirancang untuk duduk lama .
bangku langkah juga ditempatkan secara bebas di daerah tumpukan yang ganda
sebagai kursi yang fleksibel individu. Seperti dalam gambar no.1
2.
Reading
tables, meja baca. Alih-alih
konvensional empat meja seater - studi , kelompok membaca daerah memiliki tata
letak meja besar tegas berlabuh ke lantai . Ini bertentangan dengan saran
populer untuk memiliki tempat duduk yang fleksibel sehingga ruang bisa ulang
dengan mudah untuk memenuhi kebutuhan masa depan . Meja besar menyediakan lebih
kerja daerah untuk masing-masing siswa terutama mahasiswa seni , yang mungkin
menghargai ruang yang lebih besar untuk menyebar laptop mereka , gambar dan
proyek . Perusahaan merasa solid meja menawarkan stabilitas yang fungsional
maupun psikologis . Area ini juga memiliki pandangan yang baik dari atrium ,
yang didominasi oleh salah satu ujung besar miring atap rumput , sehingga
menciptakan jeda Selamat datang untuk mata lelah Gambar no.2
3.
Tempat duduk yang fleksibel . Ini adalah salah satu
tempat duduk lebih menarik dan tidak konvensional pengaturan di perpustakaan . Singkat awalnya adalah untuk
memiliki tempat duduk yang dapat dipindahkan sekitar oleh pengguna untuk memberi mereka
rasa kontrol atas ruang belajar mereka. Desainer interior menciptakan configurationwith menarik
kursi largemovable
dari berbagai ukuran dan bentuk membentuk
susunan jigsaw - seperti . coretan kecil tablet yang dipasang di kursi , memberikan pengguna
permukaan yang keras jika mereka perlu menggambar atau menulis . Mereka bisa duduk di lantai dan
menggunakan kursi sebagai ruang meja ; mereka juga dapat mengatur tempat duduk
sesuai dengan kelompok diskusi kecil ( Gambar 3 )
2
9
(3)
b)
Fasilitas
Audio Visual
Perpustakaan juga memungkinkan
ruangan khsusus untuk menyediakan fasilitas melihat audio visual. Bisa disebut bioskop mini theater yang mampu menampung
pengguna maksimal 19 . Ini dibangun pada daerah mezzanine
kecil di atas kantor staf. Ini adalah ruang kedap suara dengan berkualitas
tinggi surround sound system dimaksudkan untuk melihat kelompok dan Film kritik
sesi, Di luar bioskop , 5-6 seater AV enclosure with sebuah LCD monitor besar
disediakan untuk menggunakan oleh kelompok-kelompok yang lebih kecil . Semua
bahan AV yang di rak-rak terbuka di lantai dasar dan sekelompok pemain AV di carrels melihat tunggal terletak
di dekat koleksi.
c)
Fasilitas
lainnya
1. Fasilitas komputer
2. Fasilitas audio
3. Glass writing
wall (dinding kaca untu menulis)
4. Wall of
contention (dinding untuk menuliskan pendapat)
DAFTAR PUSTAKA
Anandasivam,
Kasthuri, Choy Fatt Cheong, (2008),"Designing a creative learning
environment: NTU's new Art, Design and Media Library", The Electronic
Library, Vol. 26 Iss 5 pp. 650 – 661.
Guzairi, Ahmad Faiz, “Desain Tata
Ruang Kamar Di Pesantren ;Pendekatan Ergonomi, Memadukan Psikologi Lingkungan
Dan Arsitektur”, Malang, UIN Maliki Press, 2010.
Hertati, Ely, “Analisis
Kebisingan Pada Ruang Baca Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah Propinsi Daerah
Isitimewa Yogyakarta “(sebuah kajian dengan pendekatan ergonomi), skripsi,Yogyakarta,
UIN Sunan kalijaga, 2009.
Manuaba, Adyana, “Aplikasi
Ergonomi Dalam Dunia Industri, Prosiding Seminar Nasional Ergonomi”, 2003
di FTI UII Yogyakarta.
Nurmianto, Eko, “Ergonomi: konsep
Dasar dan Aplikasinya”, Surabaya, Guna Widia, 2008.
Oblinger,
D. and Oblinger, J.L. (2005), “Educating the Net Generation”, Educause
e-book, available at: www.educause.edu/educatingthenetgen. Diakses tanggal 14 Juni 2016.
Shill,
H.B. and Tonner, S. (2004), “Does the building still matter? Usage patterns
in new, expanded and renovated libraries”, 1995-2002”, College & Research
Libraries, Vol. 65 No. 2, pp. 123-50.
[1]
Kasthuri Anandasivam Choy Fatt Cheong, (2008),"Designing a creative
learning environment: NTU's new Art, Design and Media Library", The
Electronic Library, Vol. 26 Iss 5 pp. 650 - 661
[2] Nurmianto,
Eko, Ergonomi: konsep Dasar dan Aplikasinya, (Surabaya, Guna Widia, 2008), hlm.
1
[3] Hertati, Ely,
Analisis Kebisingan pada Ruang baca badan perpustakaan dan arsip daerah
propinsi daerah isitimewa yogyakarta (sebuah kajian dengan pendekatan
ergonomi), skripsi,(Yogyakarta, UIN Sunan kalijaga, 2009),hlm.19
[4] Guzairi, Ahmad
Faiz, Desain tata ruang kamar di Pesantren ;Pendekatan ergonomi, memadukan
psikologi lingkungan dan arsitektur, (Malang, UIN Maliki Press, 2010). Hlm. 19
[5] Manuaba,
Adyana, Aplikasi Ergonomi dalam dunia industri, prosiding seminar nasional
ergonomi, 2003 di FTI UII Yogyakarta.
[6] Ibid.,
hertati.
[7] [7]
Kasthuri Anandasivam Choy Fatt Cheong, (2008),"Designing a creative
learning environment: NTU's new
Art, Design and Media Library",
The Electronic Library, Vol. 26 Iss 5 hlm. 651
[8]
Shill, H.B. and Tonner, S. (2004), “Does the building still matter? Usage
patterns in new, expanded and renovated libraries, 1995-2002”, College &
Research Libraries, Vol. 65 No. 2, pp. 123-50.
[9]
Oblinger, D. and Oblinger, J.L. (2005), Educating the Net Generation, Educause
e-book, available at: www.educause.edu/educatingthenetgen.
Diakses tanggal 14 Juni 2016.
[10]
Kasthuri Anandasivam Choy Fatt Cheong, (2008),"Designing a creative
learning environment: NTU's new
Art, Design and Media Library",
The Electronic Library, Vol. 26 Iss 5 hlm. 656
Tidak ada komentar:
Posting Komentar