Selasa, 14 Juni 2016

MERANCANG LINGKUNGAN BELAJAR YANG KREATIF DI PERPUSTAKAAN DENGAN MENGGUNAKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Revolusi internet telah membawa perubahan besar ke perpustakaan dalam cara mereka mengumpulkan, mengatur, memproses, menyimpan dan mengambil informasi . Banyak perpustakaan dalam proses perubahan dan beradaptasi dengan tantangan dan peluang yang ditimbulkan oleh ledakan Informasi dan perubahan kebutuhan pengguna. Perpustakaan pasti menjadi baik ruang fisik dan virtualnya karena ada percampuran antara tradisional dan lingkungan online. Pustaka sekarang ini dituntut untuk semakin profesional dalam melayani beragam komunitas pengguna dengan berbagai macam kebutuhan.
Masa depan perpustakaan adalah subjek yang sedang hangat dan terus diperdebatkan, dan telah selama lebih dari dua dekade . menurut Kasthuri Ada banyak pandangan bertentangan pada kemungkinan nasib perpustakaan sebagai lembaga. Namun , konsep " perpustakaan sebagai tempat " tampaknya mendapatkan penerimaan luas. Sementara perdebatan tentang relevansi perpustakaan yang sedang terjadi terus dikembangkan, hal ini menjadikan persaingan antar perpustakaan berlomba dengan satu sama lain dalam menampilkan citra perpustakaan yang baik dan nyaman bagi pemustaka.[1]
Masalah ataupun isu-isu yang sedang dihadapi perpustakaan saat ini, tidak seharusnya dijadikan beban yang bisa menimbulkan menurunnya produktifitas kerja para pustakawan ataupun praktisi dan pemerhati dalam dunia perpustakan. Tapi jadikanlah tantangan ini sebagai modal untuk kita berkreasi dalam mencari solusi terbaik demi kemajuan perpustakaan. Perpustakaan sudah waktunya mematangkan diri untuk menghadapi segala tantangan zaman, menyediakan layanan yang inovatif dan beragam  teknologi untukmemenuhi kebutuhan pengguna. Meskipun saat ini mengahdapi generasi baru yang sangat familiar sebagai pengguna dari internet dan media digital lainnya, kita harus yakin dan  percaya bahwa mereka masih menghargai perpustakaan sebagai tempat yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar, dan mencari informasi yang mereka butuhkani. Tantangan bagi pustakawan adalah untuk menciptakan suasana dan karakter diperpustakaan saat ini yang tidak hanya memenuhi tujuan fungsional , tetapi juga menjadi berkesan dan inspiratif menjadi bagian dari pembelajaran dan pengalaman yang baik bagi pengguna dan perjalanan pendidikan
Tulisan ini dibuat sebagai usaha untuk menghidupkan kembali gairah pustakawan dan semua elemen masyarakat pencinta perpustakaan. Untuk menuangkan kreatifitasnya dalam menampilakan wajah perpustakaan yang asri dan menyenangkan. Disain perpustakaan yang nyaman akan membuat penggunanya merasa betah untuk berlama-lama di perpustakaan. Berangaktlah dari hal itulah penulis berusaha memaparkan pentingnya disain perpustakaan dan semua elemen yang ada didalam nya untuk kemajuan perpustakaan.
Dengan masuknya ergonomi ke perpustakaan seakan menjadi solusi yang amat berharga dalam menata dan mendisain perpustakaan agar berbekas di hati penggunanya. Oleh karena itu penulis mencoba untuk membuat tulisaan dengan judul Merancang Lingkungan Belajar Yang Kreatif Di Perpustakaan Dengan Menggunakan Prinsip-Prinsip Ergonomi. Sebagai salah satu untuk membuat perpustakaan semakin nyaman dan semaikin dicintai penggunanya.













BAB II
KAJIAN TEORI


A.    Pengertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu Ergo (kerja) dan Nomos (hukum alam), dari rangakaian kata itu kita dapat definisikan bahwa Ergonomi adalah suatu studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, enginereing, manajemen dan disain atau perancangan. Ergonomi juga berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyataan manusia di tempat kerja, di rumah, dan di tempat rekreasi.[2]
Menurut Hertati ergonomi adalah bidang studi yang membahas tentang kesesuaian antara manusia dengan lingkungan kerjanya. Studi ini sangat membantu dalam menentukan desain peralatan kerja, sistem kerja, dan perancangan sebuah produk yang tepat, aman, dan nyaman untuk dipergunakan serta dapat mengurangi resiko cedera maupun kecelakaan bagi pelaku kerja.[3]
Ergnomi menurut Guzairi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari manusia dengan pekerjaannya dan dengan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut seperti tata cara kerja, menyerasikan manusia dengan mesin, desain peralatan dan ruang kerja, oraganisasi kemampuan manusia dengan peralatan kerja sehingga dari berbagai hal tersebut dapat diwujudkan dengan tata cara kerja yang baik, peralatan kerja yang efektif, desain peralatan kerja, dan desain ruang yang baik hingga dapat mengoptimalkan potensi manusia itu sendiri.[4]
Sedangkan ergonomi menurut Manuaba adalah suatu ilmu yang peduli akan keserasian manusia dan pekerjaannya. Ilmu ini menempatkan manusia sebagai unsur pertama, terutama kemampuan, kebolehan, dan batasannya. Ergonomi membuat pekerjaan, peralatan, informasi, dan lingkungan yang serasi satu sama lain.[5]
Dari berbagai teori diatas belum diungkap definisi ergonomi dilihat dari kacamata seorang pustakawan, berikut ini adalah definisi ergonomi menurut pustakawan;
“Ergonomics is a range of concepts which assist in maximising the design of the interaction of the human being with machines, systems, workingmethods and environments, while taking into account the safety, physical and mental capacity and productive potential of those same human operators”
Artinya : "Ergonomi adalah berbagai konsep yang membantu dalam memaksimalkan desain interaksi manusia dengan mesin, sistem, metode kerja dan lingkungan, yang senatiasa memperhitungkan keamanan, kapasitas fisik dan mental dan potensi produktif mereka operator manusia yang sama "
Dari berbagai pengertian diatas, dapat dinterpretasikan bahwa pusat dari ergonomi adalah berdasarkan kesadaran, keterbatasann kemampuan dan kapabilitas manusia. Sehingga dalam usaha mencegah cidera, meningkatkan produktifitas, efisiensi, dan kenyamanan dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan, dan manusia yang terlibat dengan pekerjaan itu.

B.     Tujuan / manfaat ergonomi
Tujuan ergonomi adalah menciptakan suasana kerja yang profesional, aman dan nyaman sehingga, mencapai produktifitas kerja yang maksimal.[6] Disamping itu menurut Hertati diantara tujuan ergonomi itu adalah sebagai berikut:
1.      Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja
2.      Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
3.      Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari setiap kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

C.     Peranan Penerapan Ergonomi antara lain
Adapun peranan ergonomi antara lain:
a.       Aktifitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (redesain). Hal ini meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja, bangku kerja, platform, kursi, pegangan alat kerja, sistem pengendali, alat peraga, jam/lorong, pintu, jendela, dan lain-lain
b.      Desain pekerjaan suatu organisasi
Misalnya : penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian, waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan dan lain-lain
c.        Meningkatkan faktor keselamatan kerja
Misalnya: disain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual. Hal itu adalah untuk menguarangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dan lain-lain













BAB III
MERANCANG LINGKUNGAN BELAJAR YANG KREATIF
DI PERPUSTAKAAN DENGAN MENGGUNAKAN
PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI


Untuk merancang sebuah bangunan agar enak dan nyaman untuk didiami memerlukan perencanaan dan waktu yang lama, begitu juga untuk membuat sebuah
Perpustakaan yang menjadi pusat belajar mahasiswa, agar perpustakaan itu enak dan nyaman mendukung setiap aktivitas pembelajaran mahasiswa maka pembangunan perpustakaan ini bukanlah hal yang main-main. Diperlukan perencanaan yang matang juga kajian mendalam agar benar-benar bangunan ini tepat guna sesuai dengan fungsi peruntukannya. Untuk menuju ke pada bangunan yang sesuai dengan harapan kita ada beberapa tahapn yang harus kita laksanakan diantaranya adalah sebagai berikut:[7]
a.       Proses perencanaan
Banyak perpustakaan yang dibangun saat ini memiliki tujuan yang sama, yang mengakibatkan sebagian besar dari pemikiran dan refleksi dari dampak era digital pada interaksi pengguna dengan perpustakaan. Meskipun pustakawan di seluruh dunia berbagi pendekatan serupa untuk merancang ruang untuk pengguna perpustakaan, itu penting bagi kita untuk mengartikulasikan visi dan tujuan untuk proyek jelas sehingga dapat secara efektif dikomunikasikan kepada berbagai pihak, terutama desainer interior yang terlibat dalam desain dan implementasinya.
Dalam merencanakan pembangunan gedung perpustakaan ini setidaknya kita harus melibatkan unsur-unsur pimpinan dan para stakeholder yang mempunyai wewenang dan otoritas ke depannya dalam penggunaan dan pemanfaatan gedung ini. Untuk hasil yang maksimal perlu usaha yang maksimal juga.


b.      User Survey
Salah satu hal lagi yang pantas jadi acuan sebelum pembangunan suatu gedung dimulai, apalagi ini gedung perpustakaan. Yaitu pendapat pengguna mengenai fungsi gedung perpustakaan ke depannya. Dalam library 2.0 menetapkan bahwa user (pemustaka) merupakan pusat acuan dalam layanan pengelolaan perpustakaan. Sebagaimana kita ketahui library 1.0 yang collection centris sementara library 2.0 yang user centris, hal ini menyebabkan apa yang kita layankan, apa yang kita dayagunakan sebesar-besarnya adalah untuk pengguna perpustakaaan. Pendapat dan masukan untu gedung perpustakaan yang kita bangun semestinya salah satu acuannya adalah hasil survei dari pengguna itu sendiri.
c.       Pertimbangan Desain Perpustakaan
Setelah tahapan yang sebelumnya selesai dan hasilnya sudah ada, maka tahapan selanjutnya mulai mengolah dan mempertimbangkan desain seperti apa yang akan kita implementasikan. Mempertimbangkan suatu masukan itu apabila melibatkan berbagai macam kepentingan tentu tidak mudah untuk memutuskannya.
Desain Fisik suatu gedung akan baik apabila dirancang oleh suatu suatu tim yang solid. Sebuah penelitian  yang digagas oleh Shil dan Tonner. Bahwa kesolidan tim perancang atau tim perumus berimbas terhadap implementasi sebuah bangunan yang benar-benar diperlukan dan berdayaguna tinggi bagi penggunanya.[8]
Mungkin dari berbagai pertimbangan yang ada, pertimabangan dibawah ini bisa menjadi masukan dalam rancangan bangunan sebuah perpustakaan:[9]
1.      Keseimbangan harus dicapai antara menyediakan ruang yang cukup untuk koleksi dan menciptakan berbagai ruang belajar bagi pengguna . Terlepas dari proporsi pertumbuhan digital untuk mencetak bahan , ada kemungkinan bahwa yang terakhir akan terus membentuk sebagian besar total sumber daya perpustakaan dan ruang yang cukup bagi mereka harus dialokasikan. Namun, diputuskan bahwa ruang pengguna memadai dan menarik adalah juga sangat penting dalam menarik pengguna ke Perpustakaan. Oleh karena itu, kami harus merencanakan untuk kurang dari daerah optimum untuk koleksi fisik sehingga dapat meningkatkan proporsi ruang pengguna.
2.      Lihat target pengguna apabila Sebagian besar pengguna yang ditargetkan adalah mahasiswa seni tentu kita mengharapkan kepekaan tingkat yang lebih tinggi terhadap aspek estetika dari bangunan perpustakaan. oleh karena itu Desain perpustakaan harus memiliki pernyataan visual yang kuat yang layaknya citra sekolah untuk seni.
3.      Kita juga perlu memperhatikan generasi mana yang akan lebih dominan menggunakan fasilitas perpustakaan ini. Apakah generasi X atau Y atau Z. dengan mengetahui hal ini maka disain gedung akan lebih akomodatif.

d.      Pertimbangan Estetika
Pertimbangn selanjutnya adalah pertimbangan, nilai estetika suatu tentu akan menjadi ciri khas wilayah tersebut. Begitu juga dengan perpustakaan apabila dengan nilai estetika yang tinggi tentu ini sangat bermanfaat bagi pengguna, juga bagi gengsi institusi yang menaunginya. Di bawah ini beberapa contoh bangunan perpustakaan yang memiliki nilai estetika yang sangat baik.

Perpustakaan Daerah Soeman HS di Riau.




Perpustakaan Geisel San diego
Dan masih banyak lagi yang lainnya yang lebih unik.





e.       fitur Perpustakaan
salah satu hal yang menarik dari perpustakaan diantaranya adalah fitur perpustakaan atau teknologi apa saja yang diadopsi oleh perpustakaan tersebut. Adapun fitur-fitur kunci yang ada diperpustakaan diantaranya:[10]
a)      Tempat duduk. ruang tempat duduk adalah elemen penting dalam desain perpustakaan. Kebanyakan perpustakaan akademik menemukan bahwa ruang untuk kursi pengguna populasinya semakin sedikit karena pertumbuhan rak  koleksi. Kami percaya bahwa pengguna perpustakaan harus memiliki berbagai tempat duduk untuk memilih dan untuk menyesuaikan pendekatan belajar mereka dan suasana hati pada waktu tertentu. Namun, karena ruang terbatas yang tersedia di perpustakaan kecil, kita harus sangat selektif dalam memilih pengaturan tempat duduk. Pada  dasarnya ada tiga jenis tempat duduk daiantaranya adalah:
1.      Reading benches. bangku untuk membaca. Ini adalah bangku besi panjang ditempatkan di antara bagian-bagian dari rak untuk pengguna untuk duduk saat browsing koleksi. Seperti yang kita harapkan browser untuk bergerak koleksi , bangku-bangku tidak dirancang untuk duduk lama . bangku langkah juga ditempatkan secara bebas di daerah tumpukan yang ganda sebagai kursi yang fleksibel individu. Seperti dalam gambar no.1
2.      Reading tables, meja baca. Alih-alih konvensional empat meja seater - studi , kelompok membaca daerah memiliki tata letak meja besar tegas berlabuh ke lantai . Ini bertentangan dengan saran populer untuk memiliki tempat duduk yang fleksibel sehingga ruang bisa ulang dengan mudah untuk memenuhi kebutuhan masa depan . Meja besar menyediakan lebih kerja daerah untuk masing-masing siswa terutama mahasiswa seni , yang mungkin menghargai ruang yang lebih besar untuk menyebar laptop mereka , gambar dan proyek . Perusahaan merasa solid meja menawarkan stabilitas yang fungsional maupun psikologis . Area ini juga memiliki pandangan yang baik dari atrium , yang didominasi oleh salah satu ujung besar miring atap rumput , sehingga menciptakan jeda Selamat datang untuk mata lelah  Gambar no.2
3.      Tempat duduk yang fleksibel . Ini adalah salah satu tempat duduk lebih menarik dan tidak konvensional pengaturan di perpustakaan . Singkat awalnya adalah untuk memiliki tempat duduk yang dapat dipindahkan sekitar oleh pengguna untuk memberi mereka rasa kontrol atas ruang belajar mereka. Desainer interior menciptakan configurationwith menarik kursi largemovable
dari berbagai ukuran dan bentuk membentuk susunan jigsaw - seperti . coretan kecil tablet yang dipasang di kursi , memberikan pengguna permukaan yang keras jika mereka perlu menggambar atau menulis . Mereka bisa duduk di lantai dan menggunakan kursi sebagai ruang meja ; mereka juga dapat mengatur tempat duduk sesuai dengan kelompok diskusi kecil ( Gambar 3 )
1. .

2
9      (3)
b)      Fasilitas Audio Visual
Perpustakaan juga memungkinkan ruangan khsusus untuk menyediakan fasilitas melihat audio visual. Bisa disebut bioskop mini theater yang mampu menampung pengguna maksimal 19 . Ini dibangun pada daerah mezzanine kecil di atas kantor staf. Ini adalah ruang kedap suara dengan berkualitas tinggi surround sound system dimaksudkan untuk melihat kelompok dan Film kritik sesi, Di luar bioskop , 5-6 seater AV enclosure with sebuah LCD monitor besar disediakan untuk menggunakan oleh kelompok-kelompok yang lebih kecil . Semua bahan AV yang di rak-rak terbuka di lantai dasar dan sekelompok pemain AV di carrels melihat tunggal terletak di dekat koleksi.
c)      Fasilitas lainnya
1.      Fasilitas komputer
2.      Fasilitas audio
3.      Glass writing wall (dinding kaca untu menulis)
4.      Wall of contention (dinding untuk menuliskan pendapat)




DAFTAR PUSTAKA


Anandasivam, Kasthuri, Choy Fatt Cheong, (2008),"Designing a creative learning environment: NTU's new Art, Design and Media Library", The Electronic Library, Vol. 26 Iss 5 pp. 650 – 661.
Guzairi, Ahmad Faiz, “Desain Tata Ruang Kamar Di Pesantren ;Pendekatan Ergonomi, Memadukan Psikologi Lingkungan Dan Arsitektur”, Malang, UIN Maliki Press, 2010.
Hertati, Ely, “Analisis Kebisingan Pada Ruang Baca Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah Propinsi Daerah Isitimewa Yogyakarta “(sebuah kajian dengan pendekatan ergonomi), skripsi,Yogyakarta, UIN Sunan kalijaga, 2009.
Manuaba, Adyana, “Aplikasi Ergonomi Dalam Dunia Industri, Prosiding Seminar Nasional Ergonomi”, 2003 di FTI UII Yogyakarta.
Nurmianto, Eko, “Ergonomi: konsep Dasar dan Aplikasinya”, Surabaya, Guna Widia, 2008.
Oblinger, D. and Oblinger, J.L. (2005), “Educating the Net Generation”, Educause e-book, available at: www.educause.edu/educatingthenetgen. Diakses tanggal 14 Juni 2016.
Shill, H.B. and Tonner, S. (2004), “Does the building still matter? Usage patterns in new, expanded and renovated libraries”, 1995-2002”, College & Research Libraries, Vol. 65 No. 2, pp. 123-50.




[1] Kasthuri Anandasivam Choy Fatt Cheong, (2008),"Designing a creative learning environment: NTU's new Art, Design and Media Library", The Electronic Library, Vol. 26 Iss 5 pp. 650 - 661
[2] Nurmianto, Eko, Ergonomi: konsep Dasar dan Aplikasinya, (Surabaya, Guna Widia, 2008), hlm. 1
[3] Hertati, Ely, Analisis Kebisingan pada Ruang baca badan perpustakaan dan arsip daerah propinsi daerah isitimewa yogyakarta (sebuah kajian dengan pendekatan ergonomi), skripsi,(Yogyakarta, UIN Sunan kalijaga, 2009),hlm.19
[4] Guzairi, Ahmad Faiz, Desain tata ruang kamar di Pesantren ;Pendekatan ergonomi, memadukan psikologi lingkungan dan arsitektur, (Malang, UIN Maliki Press, 2010). Hlm. 19
[5] Manuaba, Adyana, Aplikasi Ergonomi dalam dunia industri, prosiding seminar nasional ergonomi, 2003 di FTI UII Yogyakarta.
[6] Ibid., hertati.
[7] [7] Kasthuri Anandasivam Choy Fatt Cheong, (2008),"Designing a creative learning environment: NTU's new
Art, Design and Media Library", The Electronic Library, Vol. 26 Iss 5 hlm. 651

[8] Shill, H.B. and Tonner, S. (2004), “Does the building still matter? Usage patterns in new, expanded and renovated libraries, 1995-2002”, College & Research Libraries, Vol. 65 No. 2, pp. 123-50.
[9] Oblinger, D. and Oblinger, J.L. (2005), Educating the Net Generation, Educause e-book, available at: www.educause.edu/educatingthenetgen. Diakses tanggal 14 Juni 2016.
[10] Kasthuri Anandasivam Choy Fatt Cheong, (2008),"Designing a creative learning environment: NTU's new
Art, Design and Media Library", The Electronic Library, Vol. 26 Iss 5 hlm. 656

Tidak ada komentar:

Posting Komentar