BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Library 2.0 saat
ini sedang menjadi topik pembicaraan yang hangat di kalangan praktisi dan
pemerhati perpustakaan. Akan tetapi banyak sekali kesalah pahaman dalam
menangkap konsep library 2.0 ini. Menurut Xinya[1]
konsep Library 2.0 merupakan pengembangan dari Library 1.0. Library 1.0
mempunyai konsep pelayanan literatur berorientasi pada sumber daya perpustakaan
(library resource), sementara Library 2.0 mempunyai konsep layanan
pengetahuan yang berorientasi kepada pengguna (user). Dalam pemahaman
ini dapat kita simpulkan, esensi dari kerja perpustakaan tetap layanan
literatur untuk pelanggan, akan tetapi fokus perhatiannya telah berpindah dari
pengelolan literatur (literature management) kepada kebutuhan literatur pengguna,
dan dari sumberdaya perpustakaan kepada pengguna.
Library 2.0
adalah sebuah perkembangan penting dari seluruh industri ini. Oleh karena itu
supaya bisa meraih konsep ini, maka itu perlu suatu reformasi sistem
pengelolaan perpustakaan, terutama kepada arsitektur sistemnya.
Arsitektur
Sistem Perpustakaan 2.0, merupakan salah satu kajian yang belum banyak dikaji
oleh praktisi maupun pemerhati ilmu perpustakaan. Oleh karena, alasan itulah
penulis merasa tertantang untuk mengkaji hal ini secara lebih mendalam.
Melalui makalah ini penulis berusaha untuk
mengkaji perpustakaan 2.0, serta mengenai sistem arsitekturnya. Makalah ini
disusun menggunakan metode studi literatur. Adapun literatur yang penulis
gunakan sebagain besar dari Jurnal Berbahasa Inggris, juga dari buku-buku yang
berkaitan dengan hal ini, serta dari blog dan website yang relevan dengan
materi yang sedang di bahas oleh penulis.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Library
2.0
a.
Sejarah
Library 2.0 pertama kali dicetuskan oleh Michael Casey Pada
September 2005.[2]
Konsep Ini menganut filosofi baru dari layanan perpustakaan. Jantung
perpustakaan 2.0 adalah berubah filosofi layanan yang berpusat pada pengguna.
Konsep ini adalah suatu model untuk pelayanan perpustakaan mendorong perubahan
konstan dan terarah, yang mengundang partisipasi pengguna dalam penciptaan
layanan yang mereka inginkan baik fisik dan virtual, didukung oleh layanan
evaluasi yang konsisten.
b.
Definisi
Sejak library
2.0 digulirkan sampai saat ini belum ada satu definisi pun yang dianggap mapan,
walaupun sudah banyak ahli yang berusaha untuk mendefinisikannya. Banyak
pandangan dan komentar pada gagasan telah diterbitkan di blog, artikel dan
buku. Berikut Ini adalah beberapa
gambaran singkat dari beberapa definisi yang disarankan mengenai Perpustakaan 2.0:[3]
1)
Brevik (2006), mendefinisikan library 2.0
adalah; “Library 2.0 is the natural evolution of library services to a level
where the library user is in control of how and when she gets access to the
services she needs and wants”[4]
Artinya:
" Perpustakaan 2.0 adalah evolusi
alamiah layanan perpustakaan ke tingkat di mana pengguna perpustakaan mengendalikan
bagaimana dan kapan dia mengakses layanan yang dia butuhkan dan inginkan.
2)
Casey
and Savastinuk (2007, xxii) menyatakan
bahwa perpustakaan 2.0 adalah “Participatory service and change are the
heart of Library 2.0, and technology is a tool that can help us get there”.[5]
Artinya:
Layanan partisipatif dan perubahan adalah jantung dari Perpustakaan 2.0 , dan
teknologi adalah alat yang dapat membantu kita sampai di sana
3)
Habib (2006) mendefinisikan
perpustakaan dalam tesisnya sebagai “a subset of library services designed
to meet user needs caused by the direct and peripheral effects of Web 2.0”[6]
Arinya: Bagian
dari layanan perpustakaan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang
disebabkan oleh efek langsung dan tidak langsung dari Web 2.0 "
4)
Maness (2006): menyatakan
bahwa perpustakaan 2.0 adalah :“The application of interactive,
collaborative, and multi-media web-based technologies to web-based library
services and collections”.[7]
Artinya :
" Penerapan interaktif , kolaboratif , dan multi -media teknologi berbasis
web untuk layanan perpustakaan berbasis web dan koleksi " .
5)
Shoniwa and Hall (2008) telah melakukan riset terhadap pustakawan di
UK mengenai pandangan mereka tentang Library 2.0. hasilnya menyatakan
bahwa : “Library 2.0 is the selective application of Web 2.0 tools with
focus on user service. [8]
Artinya :
" Perpustakaan 2.0 adalah aplikasi selektif dari Web 2.0 tools dengan
fokus pada layanan pengguna .
c.
Prinsip
Perpustakaan 2.0
Setelah konsep library 2.0
digulirkan oleh Michael Casey di tahun
2005, dan menjadi salah salah satu bidang riset yang paling populer, pada saat
itu juga empat prinsip yang menegaskan karekteristik dari perpustakaan 2.0,
adapun keempat prinsip tersebut adalah sebagai berikut:[9]
1.
Everywhere, menurut Chad and Miller’s [10]
(2005), prinsip itu menunjukkan bahwa perpustakaan harus bergerak melampaui
gagasan" perpustakaan tanpa dinding ", di mana mereka menawarkan
sebuah situs web tujuan yang berusaha untuk mereproduksi pengalaman total
perpustakaan online . Sebaliknya, aspek yang relevan dari pengalaman
perpustakaan harus direproduksi dimanapun dan kapanpun pengguna membutuhkan
mereka, tanpa perlu mengunjungi situs web terpisah untuk perpustakaan " .
2.
Has
No Barriers, yang dimaksud tidak ada hambatan
di sini mengacu pada dua dimensi portal, yaitu:[11]
b)
That
It Provides Access To The Library’s Resources,
artinya menyediakan akses ke sumber daya perpustakaan
Untuk mencapai tujuan tidak ada hambatan (no barriers) Danielsen
menggambarkan bahwa, Federasi Nasional Tunanetra, telah menggugat perpustakaan
untuk menghentikan pengembangan model pembelajaran online (seperti e-books)
sehingga software untuk membaca e-book dapat memenuhi standar tertentu untuk
bisa akses oleh siswa tunanetra.[13]
Dalam penelitian ini, diusulkan e-learning platform tidak hanya dapat
memberikan dukungan positif bagi peserta didik dengan cacat fisik, tetapi juga
memungkinkan siswa cacat untuk mengakses sumber daya yang melimpah (misalnya;
teks, video, animasi flash ) denga tanpa danya hambatan. Lebih khusus lagi,
dari perspektif teori pendidikan modern, ini adalah salah satu prinsip bahwa
perpustakaan dapat merujuk dan menyesuaikan untuk mencapai elemen tidak ada
hambatan, yang bersifat individual di seluruh pengguna.[14]
3. Provides Equal Participation, artinya menyediakan hak untuk bisa sama-sama berpartisipasi. Dalam menjelaskan maksud poin ini Huang menyatakan setidaknya ada dua dimensi yaitu siapa yang diundang untuk berpartisispasi? dan bagaimana para anggota mulai berinteraksi satu sama lain?.[15] Untuk menengahi hal ini Chad dan Miller mengusulkan bahwa " Perpustakaan 2.0 memfasilitasi dan mendorong budaya partisipasi, membangkitkan perspektif dan kontribusi dari staf perpustakaan, mitra teknologi, dan masyarakat luas." Oleh karena itu , peserta yang bisa ikut berpartisipasi ini diantaranya adalah staf, pembaca, mitra teknologi dan masyarakat.[16]
4.
flexible
and encourages best of breed systems, artinya fleksibel dan mendorong sistem
perkembangan biakan sistem yang terbaik. Maksudnya apabila kita merujuk pada
konsep perpustakaan 2.0, bahwa perpustakaan harus menggunakan sistem berkembang
biak yang terbaik yang membuat modul bisa beroprasi. Dibandingkan dengan apa
yang dilaksanakan di masa lalu, Perpustakaan 2.0 menekankan peran teknologi di
perpustakaan dan memiliki harapan yang lebih tinggi dari pekerjaan sistem yang
mampu menangani ( misalnya sistem arsitektur dan manusia - mesin interface yang
bisa disesuaikan sesuai dengan status petunjuk, efisiensi tinggi dari sistem,
stabilitas rendah error, dan lain-lain). dan dalam kesemptan ini Chad dan
Miller mengungkapkan bahwa " Perpustakaan harus terlibat dan
berpartisipasi aktif dengan berbagai mitra teknologi, dan memastikan bahwa
modul dan interoperabilitas adalah satu set sistem inti tetap yang handal dan
kuat”.[17]
d.
Fitur
- Fitur dalam Library 2.0
Perpustakaan 2.0 merupakan hasil
adaptasi dari web 2.0[18],
oleh karena teknologi dan fitur-fiturnya sama sekali tidak berbeda. Adapun
fitur perpustakaan 2.0 adalah sebagai berikut:
1.
Really
Simple Syndication (RSS)
RSS adalah sebuah file berformat XML
yang digunakan untuk sebuah situs web atau blog (Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/RSS). Singkatan dari RSS ini mengacu kepada
beberapa protokol, diantaranya :
o
Really
Simple Syndication (RSS 2.0)
o
RDF
Site Summary (RSS 0.9 dan 1.0)
o
Rich
Text Summary (RSS 0.91)
Pengertian sederhana dan kegunaannya
adalah teknologi yang memudahkan kita untuk mendapat informasi terbaru dari web
atau blog tersebut, tanpa kita harus membuka website tersebut. Cukup dengan
berlangganan RSS ini, maka anda informasi terbaru langsung bisa anda dapatkan.[19]
2.
Blogs
Blog adalah bentuk Aplikasi Web.
Pada dasarnya merupakan bagian dari situs website yang dapat diakses secara
online yang memiliki fungsi utama memuat tulisan-tulisan dan gambar (dimuat
dalam posting) pada setiap halaman web. Blog biasanya dikelola oleh pengguna
tunggal (sebagian lainnya oleh beberapa penulis) dibuat sesuai dengan topik dan
tujuan dari si pengguna blog tersebut.[20]
3.
Social
networking sites seperti: Facebook, MySpace, LinkedIn, dan lain-lain
4.
Wikis,
Wiki adalah sebuah situs web (atau koleksi dokumen hiperteks lainnya) yang
memperbolehkan penggunanya menambah atau mengubah isi situs tersebut. Istilah
ini juga dapat merujuk kepada software kolaboratif yang digunakan untuk
menciptakan situs web semacam itu.[21]
5.
Instant
messaging atau lazim disebut dengan IM
6.
Podcasts/audio
sharing, Podcast adalah jenis media digital yang terdiri dari serangkaian
episodik audio, video radio, PDF, atau file ePub berlangganan dan download
melalui sindikasi web atau streaming secara online ke komputer atau perangkat
mobile. Dalam konteks perangkat Apple, istilah "Podcast" mengacu pada
audio dan versi video podcast, sedangkan versi tekstual podcast
diklasifikasikan dalam aplikasi yang dikenal sebagai Newsstand.[22]
7.
Document
sharing tools seperti Google docs, dan lain-lain
8.
Vodcasts/video
sharing seperti YouTube, dan lain-lain
9.
Microblogs
seperti Twitter, Identica, dan lain-lain
10.
Photo
sharing seperti Flickr, Webshots, Photobucket, Picasa, dan lain-lain
11.
Social
bookmarking/folksonomies[23]
adalah Sebuah layanan bookmark sosial adalah layanan online terpusat yang
memungkinkan pengguna untuk menambahkan, keterangan, mengedit, dan berbagi
bookmark dokumen web. Banyak layanan bookmark online manajemen telah
diluncurkan sejak tahun 1996, Lezat, didirikan pada tahun 2003, mempopulerkan
istilah "social bookmark "dan" tagging ".Tagging adalah
fitur yang signifikan dari sistem bookmark sosial, memungkinkan pengguna untuk
mengatur bookmark mereka dengan cara yang fleksibel dan mengembangkan kosakata
bersama yang dikenal sebagai folksonomy.
Folksonomy itu sendiri adalah Bentuk
sederhana dari kosa kata bersama tidak muncul dalam sistem bookmark sosial
(folksonomy). Penandaan kolaborasi menunjukkan suatu bentuk system yang komplek
atau mengorganisir diri dinamika. Contohnya seperti Delicious, CiteUlike, dan
lain-lain.
12.
Presentation
sharing contohnya contohnya seperti: Scribd, Slideshare, dan lain-lain
13.
Mashups, adalah sebuah situs web atau aplikasi
web yang mengombinasikan konten dari banyak sumber ke dalam sebuah portal yang
terintegrasi. Hal ini juga merupakan definisi dari semantik web. Istilah mashup
muncul pada tahun 2006, merupakan paradigma baru yang diharapkan dapat menjadi
pencatu kemajuan pada web 2.0. Konten mashup diambil dengan Application Programming
Interface (API) yang melekat dengan RSS atau AtomFeeds dengan data web. Dengan
demikian, ekstraksi informasi menjadi hal yang cukup menarik. Desainer aplikasi
mashup adalah pengguna di perusahaan yang membutuhkan aplikasi khusus (ad-hoc)
tanpa perlu melibatkan personil teknologi informasi atau pemakai akhir.
contohnya seperti Google Maps, dan lain-lain. [24]
14.
Vertical
search engines contohnya seperti subject or domain specific searches
15.
Virtual
environments/worlds contohnya seperti Second Life, WoW, Activeworlds,
16.
Customized/personalized
webpages for users contohnya sepert:
like iGoogle
17.
Dan
lain – lain contohnya seperti
geolocation services, Jing
BAB III
ARSITEKTUR SISTEM LIBRARY 2.0
A.
Ide
Desain Arsitektur Sistem Library 2.0
Seperangkat
sistem yang ditawarkan dalam library 2.0 menurut Xinya seharusnya merupakan
sebuah solusi holistik, bukan hanya upgrade atau optimalisasi dari literatur
asli yang berbasis manajemen library sistem yang tidak bisa meninggalkan konsep
inti dari literatur, sementara saat ini konsep inti dari pengguna adalah apa
yang kita butuhkan.[25]
Selanjutnya masih menurut Xinya bahwa Perpustakaan 2.0 yang saat ini tengah
ramai dibicarakan dan dieksplorasi mungkin akan seperti sistem-sistem lainnya
sistem ini mungkin hanya akan bertahan beberapa tahun saja sebelum sistem yang
lebih mutakhir ditemukan akan tetapi eksplorasi dan pengembangan sistem library
2.0 ini tak kalah panjangnya dan membutuhkan jam kerja yang cukup lama. Jadi,
apakah sistem manajemen yang yang akan bertahan sebuah versi beta untuk
beberapa waktu tetapi akan meningkatkan dan mengakomodasi secara bertahap
dengan pemahaman lebih lanjut dari konsep ini. Saat ini, ada demand
arsitektur sistem harus disesuaikan, adapun demand tersebut adalah
sebagai sebagai berikut:[26]
a.
Close
Combination With Digital Library (tertutupnya
persatuan dengan perpustakaan digital)
Sistem
manajemen perpustakaan saat ini baik di dalam maupun di luar negeri kebanyakan
telah menggunakan sistem automasi hal ini mengarah pada arus bisnis bahan
konvensional perpustakaan dan literatur cetak. Perpustakaan konvensional dan
perpustakaan digital dalam hal jaringan terpisah baik itu pemanfaatan dan
layanan meskipun sistem sumber daya yang terhubung sama-sama melalui link
server. Pemisahan manajemen dan layanan membatasi efisiensi penggunaan sumber
daya perpustakaan, dan menyebabkan kurangnya jasa yang berkaitan dengan hal
itu. Oleh karena itu, dalam rangka untuk menawarkan layanan pengetahuan
informasi yang berkualitas tinggi untuk pelanggan di dalam platform terpadu dan
sederhana, maka perpustakaan digital harus tertanam erat dalam sistem Library 2.0,
dan literatur materi cetak dan sastra digital lebih besar harus diintegrasikan
dengan menggunakan cara teknis yang berlaku .
b.
Personalized
Services And Managements For Patrons And Librarians,(layanan pribadi dan manajemen untuk pemustaka dan pustakawan)
Sistem Perpustakaan
2.0 secara pasti bertujuan membangun ruang individu dan mewujudkan layanan
pribadi dari partisipasi dan berbagi ide untuk pelanggan, seperti perpustakaan
saya, folder dan fungsi layanan lainnya. Perpustakaan saya termasuk catatan
sejarah peminjaman, pemberitahuan lembur, memperbaharui, pemesanan, jumlah
pinjaman saat ini, penyesuaian database, penyimpanan dokumen, foto, dan segala
macam literatur digital yang didownload oleh pemustaka.
Pelanggan
dengan minat yang sama dapat membuat grup penelitian dengan berlangganan sumber
RSS, membaca catatan dan blog. Fungsinya seperti asisten pribadi termasuk
aturan perpustakaan, daftar alamat, autocue kerja, dan memorandum yang dapat
dikembangkan dalam sistem manajemen bisnis untuk membantu pustakawan dengan
pekerjaan mereka. Pustakawan dapat mengatur dokumen saya, link saya, foto saya,
musik saya , dan lain-lain, untuk memilah informasi pribadi dan data.
komunikasi instan dapat digunakan oleh pelanggan dan pustakawan untuk
berhubungan satu sama lain melalui sistem untuk mempromosikan hubungan antara
pelanggan, pustakawan, pustakawan dan pelanggan
dengan baik.
Partisipasi
pemustaka yang luas dalam manajemen dan pelayanan perpustakaan adalah sebuah
revolusi besar sistem manajemen perpustakaan. Namun sayangnya tidak semua
Perpustakaan mengoprasikan layanan internet, dengan demikian bagaimana
mempertahankan fitur diri dan layanan yang mana yang dapat digunakan untuk
referensi yang bisa ditawarkan kepada pelanggan, keduanya merupaka topik
penelitian jangka panjang untuk sistem Perpustakaan 2.0.
c.
Comprehensive
Integration Of Library’s Management Flows
(integrasi yang komprehensif dari arus manajemen perpustakaan)
Sistem
manajemen perpustakaan konvensional mengintegrasikan kerja bisnis utama dan
pekerjaan pelayanan literatur dengan tujuan meningkatkan kualitas manajemen dan
jasa literatur. Sistem manajemen kerja yang utama mencakup akuisisi buku, katalogisasi buku, preservasi buku, sirkulasi
buku, manajemen berkala, katalog online dan manajemen ruang baca elektronik,
dan lain-lain. Sistem layanan informasi yang utama termasuk layanan temu
kembali berbasis sains dan teknologi terbaru, layanan referensi dan layanan
peminjaman antar perpustakaan, dan lain-lain.
Tapi di dalam
sistem Perpustakaan 2.0, seperti yang telah dibahas sebelumnya fokusnya adalah
sekitar layanan pemustaka, dan semua kegiatan dan layanan bisa dipantau oleh
manajer dalam cara seragam. Untuk tujuan ini, alur kerja tidak hanya berurusan
dengan buku saja tetapi hal lain yang memang dibutuhkan juga dikerjakan,
seperti sistem otomatisasi internal kantor, sistem manajemen aset, sistem
manajemen peralatan (kontrol operasi komputer real-time, peralatan jaringan,
listrik, perlindungan kebakaran, elevator dan sistem pengawasan video, dan
lain-lain ), sistem manajemen sumber daya manusia ( informasi penting, pilihan
dan kehadiran formal karyawan dan mahasiswa paruh waktu kerja), sistem
komunikasi real-time, sistem manajemen keuangan dan sistem kontrol arus kas.
Dengan
manajemen keputusan dan sistem pendukung yang berbasis manajemen literatur
konvensional dan arus manajemen kerja baru, direksi dapat mengatur kewenangan
berbeda untuk bekerja profesional untuk pustakawan dan mengatur layanan
literatur perpustakaan sesuai dengan kondisi situasi operasi dan kondisi
layanan pengguna jasa dengan penjadwalan semua aspek sumber daya secara
bersama-sama.
d.
Comprehensive
Integration Of Knowledge Services (penyatuan
yang komprehensif dari pelayanan ilmu pengetahuan)
Layanan pengetahuan adalah inti dari konstruksi Perpustakaan
2.0. Semua jenis sumber daya perpustakaan dan semua manajemen sekitar sumber
daya ini menawarkan berbagai jenis layanan pengetahuan multi-level untuk
pengguna. Oleh karena itu, dalam sistem Perpustakaan
2.0 harus membangun Portal personalisasi perpustakaan untuk melaksanakan
integrasi semua layanan yang komprehensif.
Menurut objek layanan pengetahuan, sistem layanan pengetahuan
terdiri dari subsistem didalamnya termasuk : Panduan Service, yang mencakup
instruksi dasar pengetahuan tentang layanan perpustakaan, distribusi koleksi ,
dan manual, dan lain-lain; katalog yang bisa diakses oleh publik secara online
( OPAC ), dan jangkauan dan model pengindeksannya dari sumber daya dikumpulkan
harus diperluas ke penerbit jadi bibliografi baru, sumber sumber daya dengan
akses terbuka dan internet, dan lain-lain; layanan peminjaman antar
perpustakaan dan layanan pengiriman dokumen, berdasarkan sistem temu kembali
dokumen berdasarkan sains dan teknologi terbaru; Layanan pengetahuan subjek -
layanan perpustakaan terutama disesuaikan dengan subjek tertentu; layanan
referensi virtual dan layanan referensi kolaboratif, dan lain-lain.
Sistem Perpustakaan 2.0 mengintegrasikan semua arus manajemen
dan semua layanan litertur. Selanjutnya, integrasi organik antara sistem manajemen
dan sistem layanan pengguna adalah sama pentingnya . Promosi kontak dan berbagi
informasi dari dua sistem yang sesuai dengan standar metadata yang seragam akan
meningkatkan komunikasi antara perpustakaan dan pelanggan, baik itu dari segi
ketepatan dan kualitas layanan literatur.
e.
Uniform
Authentication System (Sistem otentikasi yang seragam)
Selama beberapa dekade, perpustakaan
sudah punya banyak jenis subsistem aplikasi. Baru-baru ini, meskipun, lebih
banyak sumber daya literatur digital dari berbagai jenis, database yang berbeda
dan sistem temu kembali yang berbeda yang menyertainya. Tidak adanya data
standar atau interface data yang terbuka
antara sistem ini, sehingga terbentuklah pulau-pulau informasi, terutama antara
sistem database literatur. Interface eksternal ditutup oleh quotients data base
yang hanya mempertimbangkan kepentingan ekonomi mereka sendiri, dan mereka
tidak menawarkan dukungan teknis yang relevan.
Namun, sering
dengan arah tujuan layanan personalisasi untuk pelanggan di dalam sistem
Perpustakaan 2.0, maka perpustakaan harus mengintegrasikan manajemen, layanan
dan sumber daya, dan menerapkan sistem otentikasi yang seragam dan kontrol
akses sehingga untuk mengintegrasikan sejumlah besar subsistem aplikasi dan
sumber daya literatur digital. Pengguna harus bisa masuk sumber digital yang
berbeda dan sistem layanan dengan mudah tanpa perlu loggin terus menerus.
Setidaknya akan
ada dua perubahan di sistem Perpustakaan 2.0 ketika otentikasi seragam telah
dilaksanakan. Salah satunya adalah penggunaan umum dan standar otentikasi
antarmuka untuk memastikan sistem layanan dapat diintegrasikan dengan mudah;
yang lainnya adalah mode kontrol dari sistem sumber literatur digital yang akan
berubah dari kontrol IP ke account control, tidak peduli di mana para
pengunjung , sehingga mereka dapat memanfaatkan semua sumber daya literatur digital
dari perpustakaan dengan nyaman. Hal ini tentunya merupakan proses yang sangat
panjang! tergantung sejauh mana baik itu keseriusan pemerintah, atau tampilan
sistem hunian pasar yang tinggi kecerdasan, yang membuat standar. Yang terakhir
ini ditentukan oleh persaingan pasar. Setelah beberapa quotient Data dicuci
keluar dari pasar, dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan kedalaman,
sisanya akan membuka antarmuka sistem yang relevan dan bekerja sama dengan
penelitian dan pengembangan.
B.
Model Service Oriented Architecture (Arsitektur yang berorientasi layanan)
Arsitektur sistem adalah dasar-dasar sistem informasi manajemen ( SIM ). sistem arsitektur Perpustakaan 2.0 dihadapkan dengan komplesitas yang banyak dan rumit, seharusnya tidak hanya memecahkan masalah baru pengelolaan dan pelayanan, tetapi juga dapat bisa mengimbangi dengan waktu.
Dari sistem komputer host besar di tahun 1960 untuk arsitektur C / S untuk PC di tahun 1980-an, sistem telah dikembangkan menuju miniaturisasi dan distribusi terutama dengan mulai merebaknya internet di tahun 1990 an. Setelah penampilan layanan web pada tahun 2000, SOA yang dianggap kerangka dasar layanan sebuah Web menjadi mainstream dan kecenderungan. Ini bukan hanya bentuk arsitektur terpisah, tetapi membawa sebuah konsep baru ke industri informasi tradisional dan mempromosikan berbagi informasi dengan penuh kenyamanan. Sebuah metode kopling longgar diadopsi. Pengguna dapat membangun sistem informasi mereka sendiri melalui diagram alir jika mereka mengetahui proses operasi dengan baik. perangkat lunak ini merubah semua aspek manajemen ke dalam bentuk dan arus, menggabungkan fragmentaris yang terstruktur dan data tidak terstruktur, dokumen , katalog , dan jaringan di WAN dan LAN dalam rangka meningkatkan hubungan kerjasama informasi ini. software arsitektur yang berorientasi layanan yang koperatif dapat mewujudkan fungsi manajemen pengetahuan, manajemen aliran, manajemen sumber daya manusia, manajemen klien, manajemen item, integrasi aplikasi, dan lain-lain dan fungsi yang ditampilkan kepada pengguna secara seragam.
Software Arsitektur yang Berorientasi Layanan menyediakan seperti kerangka sehingga software tertentu dalam sistem dapat membuat permintaan aman dan terpercaya, dan dengan demikian memperoleh sumber daya dari sistem lain. Sebuah server pusat tidak lagi diperlukan untuk mengelola dan mengontrol aplikasi jaringan dari pelabuhan ke pelabuhan. Banyak perangkat lunak dan sistem produsen seperti IBM, Oracle , SAP dan Microsoft membayar perhatian besar untuk Software arsitektur berorientasi layanan saat ini . Dan demikian juga perpustakaan .
C. Lima Layer Sistem Perpustakaan Menurut Model Software Berorientasi Layanan
Model Software Berorientasi Layanan sangat sesuai dengan persyaratan Perpustakaan 2.0. Saat ini , Sistem Integrasi Otomatisasi Perpustakaan, Sistem Layanan Jaringan dan Sistem Sumber Daya Digital baik yang dipisahkan atau berdiri sendiri. Tapi suatu sistem yang terintegrasi pada inti pengguna adalah apa yang diinginkan oleh perpustakaan untuk mengintegrasikan sumber literatur, layanan perpustakaan, dan pengelolaan pekerjaan bisnis. Setiap aplikasi dapat dikemas secara terpisah ke dalam groupware independen dengan antarmuka terbuka dalam mode Software berorientasi layanan, layanan berorientasi pengguna, dan gagasan arsitektur terbuka yang berorientasi layanan dan inilah metode teknis yang betul-betul diperlukan untuk sistem Perpustakaan 2.0.
sistem Perpustakaan 2.0 dapat dibagi menjadi lima bagian sesuai dengan arsitektur Software Berorientasi Layanan yaitu; hardware lapisan dasar, lapisan sistem, sumber daya dan data lapisan, layer manajemen layanan dan layer layanan pengetahuan. Setiap layer relatif independen, dan dapat dikelola secara masing-masing untuk memastikan tidak ada efek sakit yang terjadi antara satu sama lain ketika salah satu dari mereka mengalami perubahan atau upgrade secara individual.[27]
1. Hardware Foundation Layer (Hardware lapisan dasar). Ini adalah dasar pengoperasian sistem, dan termasuk jaringan dasar peralatan, seperti server, komputer , array disk, dan lain-lain.
2. System Layer (lapisan sistem). Ini adalah platform perangkat lunak dasar dari seluruh sistem , termasuk sistem operasi server atau komputer, sistem database, database middleware, pengembangan bahasa, platform layanan internet, software antivirus , arsitektur sistem ( Net atau J2EE ) . Cina sekarang membayar lebih dan lebih memperhatikan platform dasar perangkat lunak dan secara bertahap mempromosikan hanya software legal untuk memastikan keamanan sistem dan stabilitas.
3. Resource and Data Layer (Sumber daya dan lapisan data). Data adalah inti dari semua sistem, sama baiknya seperti kebutuhan kondisi operasi sistem dan layanan sistem . Semua sumber daya perpustakaan juga disimpan dan disediakan sebagai data. Lapisan data dapat dibagi lagi menjadi lapisan metadata dan lapisan data . Metadata terdiri dari standar ditentukan sistem, Z39.50 protokol, MARC, dan lain-lain. data terdiri dari berbagai data bisnis dalam sistem dan semua data sumber daya literatur perpustakaan.
4. Business Management Layer (Lapisan Manajemen Bisnis). Ini berisi semua alur kerja manajemen perpustakaan. Perpustakaan jaman dahulu yang ada hanya alur manajemen literatur, sedangkan di sistem Perpustakaan 2.0 membutuhkan realisasi manajemen literatur dan pengetahuan, pelanggan dan pustakawan , infrastruktur dan peralatan ,pengelolaan jenis layanan sastra, dan lain-lain. Berdasarkan ini, manajemen integrasi yang benar, statistik dan keputusan dapat dibuat oleh direksi.
5. Knowledge Service Layer (lapisan layanan pengetahuan). Pada akhirnya ini adalah lapisan yang berorientasi pada pengguna, juga disebut layer layanan display, dan itu adalah target desain Software yang berorientasi pada layanan. Itu akan merealisasikan layanan individual yang didukung oleh sistem Perpustakaan 2.0 melalui program antarmuka standar untuk pustakawan atau pengguna dalam sistem portal. Layanan Penyatuan pengetahuan dan manajemen kerja dapat segera direalisasikan, tetapi sulit untuk sumber literatur. Perusahaan database mengontrol alamat IP untuk mewujudkan layanan pencarian berakhir di pengguna, tetapi perpustakaan menginginkan otorisasi pelanggan sehingga dapat menggunakan sumber daya digital kapan saja dan di mana saja. Para penulis saat ini mempertahankan bahwa perpustakaan akan menjadi pemenang dalam kontradiksi tentang permintaan perpustakaan dan manfaat dari perusahaan database - hanya waktu yang diperlukan. !
Secara visualisasi kelima bagian tersebut dapat kita lihat seperti gambar dibawah ini; [28]
Sistem
Arsitektur Library 2.0
D.
Penerapan
Arsitektur Sistem Perpustakaan 2.0
Dibandingkan dengan sistem yang lama, arsitektur baru adalah
perbedaan paling signifikan dari perpustakaan 2.0 dari yang lain. Yang dahulu
berdasarkan pengawasan alur literatur perpustakaan, sistem kerja dan sumber
daya digital berubah menjadi pulau-pulau informasi dengan pengembangan
perpustakaan digital. Arsitektur lima tingkat dari Perpustakaan 2.0 dapat
memecahkan masalah secara bertahap dan mengubah manajemen literatur ke dalam
layanan pengetahuan berorientasi pengguna.
Lima lapisan dalam arsitektur sistem telah dianalisis.Dua lapisan bawah, yaitu layer dasar
hardware dan layer sistem, dapat diadopsi langsung oleh perpustakaan karena
perkembangan teknologi saat ini begitu pesat. sementara tiga lapisan lainnya
perlu dirancang, dikembangkan dan diterapkan. Menurut Xinya Banyak perpustakaan
di Cina seperti di Universitas Jinan dan Universitas Xiamen mencoba menawarkan
pelanggan mereka sebuah sistem portal pengetahuan individu untuk melengkapi
kekurangan dari sistem lama.[29]
Layanan Literatur secara individu direalisasikan dan itu
solusi yang lebih baik daripada hanya blog atau RSS percobaan dari beberapa
perpustakaan lain. Namun , karena kurangnya dukungan dari manajemen bisnis,
semua percobaan ini tidak bisa benar-benar memecahkan masalah karena mereka
tidak bisa mencapai fokus transformasi yang diperlukan dari sistem dari
literatur ke pengguna. Oleh karena itu, ketika merancang sistem aplikasi
perpustakaan, tiga tingkatan terakhir harus dibangun masing-masing. Ketiga
sistem aplikasi berkorelasi dalam mendasari database dan berdasarkan pada
pengguna termasuk pengetahuan mesin pencarian (sumber daya dan lapisan data),
sistem manajemen perpustakaan modern (layanan lapisan manajemen) dan sistem
individual pengetahuan internet service (pengetahuan layanan layer) . Semua di
atas menyusun seluruh solusi dari sistem Library 2.0 , seperti yang ditunjukkan
pada Gambar di bawah ini:[30]
DAFTAR PUSTAKA
Brevik,T.(2006),Library
2.0 ¼ My Library?, available at: http://lib1point5.wordpress.com/2006/04/12/library-20-mylibrary.
Diakses tanggal 10 Juni 2016 di Yogyakarta.
Casey, M.E. and Savastinuk, L.C.
(2006), “Library 2.0”, Library Journal, September 1, available at:www.libraryjournal.com/article/CA6365200.html. Diakses tanggal 10 Juni 2016 di Yogyakarta
Chad, K. and Miller, P. (2005), “Do
Libraries matter? The rise of Library 2.0, white paper version 1.0”, available
at: www.talis.com/downloads/white_papers/DoLibrariesMatter. Diakses tanggal 11 Juni 2016 di Yogyakarta.
Chua, A.Y.K. and Goh, D.H. (2010),
“A study of Web 2.0 applications in library websites”, Library & Information
Science Research, Vol. 32 No. 3, pp. 203-211.
Danielsen, C. (2012), “National
Federation of the Blind Assists in Litigation Against Free Library of
Philadelphia”, available at:
https://nfb.org/national-federation-blind-assists-litigationagainst-philadelphia-free-library
(accessed 14 February 2014).
David Yoga Permana, “Apa itu
podcast”, dalam http://davidyogaa.blogspot.co.id/2012/12/apa-itu-podcast.html, diakses tanggal 11 Juni 2016 di Yogyakarta.
fadila, Fauzi, Apa itu Social
Bookmark?, dalam http://fauzifadila.blogspot.co.id/2012/12/apa-itu-social-bookmark.html diakses tanggal 11 Juni 2016
Habib, M.C. (2006), Toward Academic
Library 2.0: Development and Application of a Library 2.0 Methodology, School
of Information and Library Science, University of North Carolina at Chapel
Hill, NC, available at: http://etd.ils.unc.edu/dspace/handle/1901/356. Diakses tanggal 10 Juni 2016
Holmberg, Kim Isto Huvila Maria
Kronqvist-Berg Gunilla Widén-Wulff, (2009),"What is Library 2.0?",
Journal of Documentation, Vol. 65 Iss 4 pp. 668 - 681
Huang, Tien-Chi (2015),"What
Library 2.0 has taught libraries in Taiwan about e-learning", The
Electronic Library, Vol. 33 Iss 6, hlm. 1126
Mahmood, Khalid, John V. Richardson
Jr, (2013),"Impact of Web 2.0 technologies on academic libraries: a survey
of ARL libraries", The Electronic Library, Vol. 31 Iss 4 pp. 508 - 520
Maness, J.M. (2006), “Library 2.0
theory: Web 2.0 and its implications for libraries”, Webology, Vol. 3 No. 2,
available at: www.webology.ir/2006/v3n2/a25.html. Diakses tanggal 10 Juni 2016 di Yogyakarta.
Peng,
Xinya Yang Qunyi Wei Xiaodong, (2009),"System architecture of Library
2.0", The Electronic Library, Vol. 27 Iss 2, hlm. 285.
Perpusmaya,“Mushup,”dalam https://perpusmaya.wordpress.com,
diakses tanggal 11 Juni 2016
Proweb (corporate web developer),
“Pengertian RSS Feed dan Kegunaan”, dalam http://www.prowebpro.com/articles/pengertian_rss_feed_dan_kegunaan.html. Diakses tanggal 11 Juni 2016, di Yogyakarta
Shoniwa, P. and Hall, H. (2008),
“Library 2.0 and UK academic libraries: drivers and impacts”, New Review of
Information Networking, Vol. 13 No. 2, pp. 69-79.
Wikidot.com,“Apa itu situs wiki?, “
Dalam http://handbook.wikidot.com/id:what-is-a-wiki-site, diakses tanggal 11 juni 2016 di Yogyakarta.
World Health Organization (WHO)
(2014), “WHO age-friendly environments programme”, available at: www.who.int/ageing/age_friendly_cities/en/. Diakses tanggal 11 Juni 2016 di Yogyakarta.
Zine, Solo,”Apa Itu Blog ? Sejarah,
Fungsi dan Cara Membuat Blog”, dalam http://www.solozine.com/2013/10/apa-itu-blog-sejarah-fungsi-dan-cara.html. Diakses tanggal 11 Juni 2016, di Yogyakarta.
[1] Xinya Yang
Qunyi Wei Xiaodong Peng, (2009),"System architecture of Library
2.0", The Electronic Library, Vol. 27 Iss 2 pp. 283 - 291
[2] Khalid Mahmood
John V. Richardson Jr, (2013),"Impact of Web 2.0 technologies on academic
libraries: a survey of ARL libraries", The Electronic Library, Vol. 31 Iss
4 pp. 508 - 520
[3] Kim Holmberg
Isto Huvila Maria Kronqvist-Berg Gunilla Widén-Wulff, (2009),"What is
Library 2.0?", Journal of Documentation, Vol. 65 Iss 4 pp. 668 - 681
[4]Brevik,T.(2006),Library
2.0 ¼ My Library?, available at: http://lib1point5.wordpress.com/2006/04/12/library-20-mylibrary.
Diakses tanggal 10 Juni 2016 di Yogyakarta.
[5] Casey, M.E.
and Savastinuk, L.C. (2006), “Library 2.0”, Library Journal, September 1,
available at:www.libraryjournal.com/article/CA6365200.html. Diakses
tanggal 10 Juni 2016 di Yogyakarta
[6] Habib, M.C.
(2006), Toward Academic Library 2.0: Development and Application of a Library
2.0 Methodology, School of Information and Library Science, University of North
Carolina at Chapel Hill, NC, available at: http://etd.ils.unc.edu/dspace/handle/1901/356. Diakses
tanggal 10 Juni 2016
[7] Maness, J.M.
(2006), “Library 2.0 theory: Web 2.0 and its implications for libraries”, Webology,
Vol. 3 No. 2, available at: www.webology.ir/2006/v3n2/a25.html. Diakses
tanggal 10 Juni 2016 di Yogyakarta.
[8] Shoniwa, P.
and Hall, H. (2008), “Library 2.0 and UK academic libraries: drivers and
impacts”, New Review of Information Networking, Vol. 13 No. 2, pp. 69-79.
[9] Tien-Chi Huang
, (2015),"What Library 2.0 has taught libraries in Taiwan about
e-learning", The Electronic Library, Vol. 33 Iss 6 pp. 1121 - 1132
[10] Chad, K. and
Miller, P. (2005), “Do Libraries matter? The rise of Library 2.0, white paper
version 1.0”, available at: www.talis.com/downloads/white_papers/DoLibrariesMatter. Diakses
tanggal 11 Juni 2016 di Yogyakarta.
[11] Tien-Chi Huang
, (2015),"What Library 2.0 has taught libraries in Taiwan about
e-learning", The Electronic Library, Vol. 33 Iss 6, hlm. 1126
[12] World Health
Organization (WHO) (2014), “WHO age-friendly environments programme”, available
at: www.who.int/ageing/age_friendly_cities/en/. Diakses
tanggal 11 Juni 2016 di Yogyakarta.
[13] Danielsen, C.
(2012), “National Federation of the Blind Assists in Litigation Against Free
Library of Philadelphia”, available at:
https://nfb.org/national-federation-blind-assists-litigationagainst-philadelphia-free-library
(accessed 14 February 2014).
[14] Ibid.,
Tien-Chi Huang, hlm. 1126
[15] Tien-Chi Huang
, (2015),"What Library 2.0 has taught libraries in Taiwan about
e-learning", The Electronic Library, Vol. 33 Iss 6, hlm. 1126
[16] Ibid., Chand
dan Miller, hlm. 10
[17] Ibid., Chad
dan Miller, hlm. 11
[18] Chua, A.Y.K.
and Goh, D.H. (2010), “A study of Web 2.0 applications in library websites”,
Library & Information Science Research, Vol. 32 No. 3, pp. 203-211.
[19] Proweb
(corporate web developer), “Pengertian RSS Feed dan Kegunaan”, dalam http://www.prowebpro.com/articles/pengertian_rss_feed_dan_kegunaan.html. Diakses
tanggal 11 Juni 2016, di Yogyakarta
[20] Solo Zine
,”Apa Itu Blog ? Sejarah, Fungsi dan Cara Membuat Blog”, dalam http://www.solozine.com/2013/10/apa-itu-blog-sejarah-fungsi-dan-cara.html. Diakses
tanggal 11 Juni 2016, di Yogyakarta.
[21] Wikidot.com,“Apa itu situs wiki?, “ Dalam http://handbook.wikidot.com/id:what-is-a-wiki-site, diakses
tanggal 11 juni 2016 di Yogyakarta.
[22] David Yoga
Permana, “Apa itu podcast”, dalam http://davidyogaa.blogspot.co.id/2012/12/apa-itu-podcast.html, diakses
tanggal 11 Juni 2016 di Yogyakarta.
[23] Apa itu Social
Bookmark?, dalam http://fauzifadila.blogspot.co.id/2012/12/apa-itu-social-bookmark.html diakses
tanggal 11 Juni 2016
[24] Perpusmaya,“Mushup,”dalam
https://perpusmaya.wordpress.com, diakses tanggal 11 Juni 2016
[25]
Xinya Yang Qunyi Wei Xiaodong Peng, (2009),"System architecture of Library
2.0", The Electronic Library, Vol. 27 Iss 2, hlm. 285.
[26]
Ibid.,
[29]
Ibid., Xinya, hlm. 290
[30]
Ibid., Xinya, hlm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar